Perselisihan Hubungan Industrial jadi Faktor Pemicu Penurunan Produktivitas
PADANG (6/11/2023) - Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi mengatakan, sektor industri adalah mesin penggerak pembangunan nasional, yang terus dipacu agar negara lebih berdaya saing di kancah global.
Oleh karena itu, menurut Mahyeldi, salah satu upaya yang terus dilakukan adalah mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi pelaku industri dalam negeri serta mencari solusi dan jalan keluar pemecahan masalahnya.
"Perselisihan hubungan industrial, dapat jadi salah satu faktor penurunan produktivitas nasional. Jika kita mampu membangun ekosistem yang sehat dalam dunia industri, memicu terjadinya lingkungan hubungan industrial yang tidak harmonis," ungkap Mahyeldi di Padang, Senin.
Pernyataan itu disampaikan Mahyeldi saat membuka telewicara Strategi Pencegahan Perselisihan Menuju Hubungan Industrial yang Harmonis. Kegiatan ini digelar Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
Baca juga: Ketua Apindo Sumbar Didaulat jadi Datuak
Menurut Manyeldi, pemerintah mesti mengedepankan dialog, sebagai upaya preventif ketika terjadi perselisihan dalam hubungan industrial.
Pola seperti ini penting, untuk menumbuhkan nilai kekeluargaan dalam perusahaan, yang akan terwujud dalam bentuk komunikasi yang aktif dan efektif antara pekerja dan manajemen perusahaan.
Pemprov Sumbar, sambung dia, terus berupaya untuk menekan potensi terjadinya perselisihan hubungan industrial, di antaranya dengan menyusun regulasi ketenagakerjaan yang menjadi kewenangan daerah.
Kemudian, mendorong terbentuknya Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di perusahaan, memfasilitasi penyusunan PP dan PKB, pembinaan serikat pekerja, melakukan mediasi dan mendorong peningkatan jumlah kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di perusahaan.
"Saat ini, kita memang masih dalam momentum kebangkitan dari tekanan pandemi Covid-19 yang menerpa beberapa tahun lalu. Alhamdulillah, Indonesia masuk ke dalam negara dengan pemulihan perekonomian yang baik pascapandemi itu," ungkap dia.
Disebutkan Mahyeldi, untuk merealisasikan cita-cita besar Indonesia jadi negara berpendapatan tinggi sebelum tahun 2045, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6 hingga 7 persen secara konsisten.
Penulis: Al Imran
Editor: Mangindo Kayo
Sumber:
Berita Terkait
- Potensi Pertanian dan EBT Sumbar Belum Tergarap, Audy Joinaldy: Pemerintah Terkendala Hilirisasi dan Investasi
- Polda Sumbar Tanam Jagung Manis untuk Sukseskan Asta Cita Presiden Prabowo, Ini Harapan Muhidi
- Pemprov Sumbar dan BPH Migas Sepakat Pertajam Pengawasan Penyaluran BBM dan Gas
- Nilai Proyek Fly Over Sitinjau Lauik Tembus Rp2,7 Triliun, Audy: Melalui Skema KPBU Bank Nagari Sanggupi Rp500 Miliar
- Dharmasraya Alami Deflasi Periode Oktober 2024