Penurunan Angka Stunting Bukittinggi Terendah Kedua se-Sumbar
BUKITTINGGI (7/3/2023) - Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar menyampaikan, pertumbuhan angka stunting berhasil ditekan jadi yang terendah kedua di Sumatra Barat.
"Sejak 2022, stunting jadi persoalan nasional yang harus kita selesaikan termasuk Bukittinggi. Upaya yang kita lakukan bersama, menampakkan hasil positif. Kita akan terus tingkatkan untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan jadi pemimpin hebat di masa depan," ungkap Erman Safar, Rabu.
Kepala DP3APPKB Bukittinggi, Nauli Handayani menjelaskan, stunting menjadi isu nasional yang harus diantisipasi mulai dari masing masing daerah.
Menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.
Baca juga: Turunkan Angka Stunting, Pjs Wako Bukittinggi Gagas Yankes Door to Door
"Sejak 2022, berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Bukittinggi untuk menekan laju stunting. Upaya yang dilakukan antara lain, intervensi dengan sasaran ibu hamil, intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0 sampai 6 bulan serta interfensi dengan sasaran anak usia 6 sampai 24 bulan," jelasnya.
Intervensi gizi spesifik, berkontribusi 30 persen. Upaya yang dilakukan di antaranya, ditujukan pada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh Sektor Kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relative pendek.
Kemudian juga dilakukan interfensi gizi sensitif, berkontribusi 70 persen. Intervensi ini ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor Kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, Tidak khusus untuk 1.000 HPK.
"Pemda melakukan 8 aksi konvergensi dalam upaya penegahan dan penurunan prevalensi stunting," tambahnya.
Baca juga: Tabungan Utsman, Penyelamat Pedagang dari Rentenir
Upaya upaya tersebut, lanjut Nauli, ternyata membuahkan hasil positif. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevalensi Balita Stunted Kota Bukittinggi sebesar 19%, dan pada Tahun 2022 turun menjadi 16,8%.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Pjs Wako Bukittinggi Tinjau Gudang Penyimpanan Logistik Pemilihan Serentak 2024
- Pjs Wako Bukittinggi Terima 26 Sertifikat Tanah Aset Pemko dari BPN, Ini Tujuannya
- Pjs Wako Bukittinggi Tinjau Pelaksanaan Gebyar Pelayanan Dukcapil Prima, Ini Arahannya
- Pakaian Anak Daro dan Marapulai Kurai serta Karupuak Sanjai Ditetapkan jadi WBTb Indonesia 2024
- Kisah Pengabdian Petugas Kebersihan Jalan di Kawasan Belakang Balok, Sekolahkan Anak Hingga Sarjana