Kemarau Keringkan Sumber Air Warga Bukit Gado-gado
VALORAnews -- Warga kecamatan Padang Selatan yang tinggal di lereng perbukitan, mulai mengkhawatirkan banyaknya retakan tanah di sekitar rumah mereka. Retakan itu mereka rasakan berpotensi akan membawa bencana, jika hujan lebat datang mendera, sebagaimana beberapa kali kejadian yang mereka alami.
"Selain mencemaskan bahaya kabut asap yang makin pekat menyelimuti udara Kota Padang sejak beberapa waktu terakhir, kami juga mengkhawatirkan retakan tanah ini, jika saat musim hujan tiba. Karena, tanah tak mampu menyerap curahan air hujan secara maksimal," ungkap Nuraini (70), salah seorang warga Bukit Gado-gado, Kamis (22/10/2015).
Data Bapedalda Setdako Padang, kawasan rawan terhadap longsor di lahan tinggi mencakup seluas 273 hektare yang tersebar pada daerah yang memiliki topografi curam hingga sangat curam. Sedikitnya, ada 440 kepala keluarga (KK) yang masih bermukim di kawasan berbahaya itu.
Lokasi rawan longsor itu masing-masing berada di Kecamatan Padang Selatan yakni pada Bukit Gado-Gado (45 KK), Bukit Lantik (35 KK) Bukit Turki (25 KK) dan Perbukitan sekitar Teluk Bayur (100 KK). Di Kecamatan Lubuk Begalung berada di Bukit Gaung (50 KK), Bukit Pampangan (20 KK) dan Bukit Lampu (20 KK).
Baca juga: Bencana Banjir Hantam Sektor Perikanan Sumbar, Ini Paparan Mahyeldi ke Menteri KKP
Kemudian, di Kecamatan Bungus Teluk Kabung yakni di Bukit Bungus Selatan (20 KK). Sedangkan di Kecamatan Lubuk Kilangan berada di Lubuk Paraku (10 KK), Panorama (5 KK), Bukit Tarantang Beringin (60 KK) serta Pauh Batu Busuk Patamuan (50 KK).
Kejadian bencana tanah longsor yang cukup parah pernah terjadi di Kota Padang pada tahun 2000 lalu di Bukit Gado-gado dan Bukit Lantiak.
Kehabisan Pasokan Air Bersih
Selain itu, musim kemarau panjang kali ini, selain menimbulkan retakan tanah, juga telah menyebabkan debit air bersih dari mata air yang ada di kawasan perbukitan itu jadi jauh berkurang. Akibatnya, aktivitas mandi, cuci dan kakus (MCK) warga jadi terganggu. Sementara, layanan air bersih dari PDAM Padang, tak menjangkau warga yang tinggal di kawasan perbukitan tersebut.
Baca juga: Direksi, Komisaris dan Karyawan Bank Nagari Himpun Bantuan Senilai Rp251 Juta
"Kami selama ini mengandalkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan harian bahkan untuk konsumsi. Air tanah itu berasal dari mata air yang banyak muncul di perbukitan ini. Kini, kemarau telah menyebabkan debit air tanah itu jauh berkurang," tambah Nuraini.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Walau Mobil Dinas Nyaris Terseret Longsor di Sitinjau Lauik, Mahyeldi Tetap Turuni Jurang Ikut Evakuasi Korban
- Ini 5 Komisioner KPU Padang Terpilih Periode 2024-2029
- Tim Klewang Polresta Padang Grebek Lima Wanita Lansia Berjudi, Videonya Viral di Sosial Media
- Pemilu 2024, Selisih Suara Sangat Besar, PKS 'Terpaksa' Berbagi Sama 2 Kursi dengan Gerindra di Dapil Padang I
- Pemilu 2024. Ini Perolehan Kursi dari Dapil Padang VI, Partai Nasdem dan PKB Pecah Telor