Diskusi Bulanan Dewan Pakar KAHMI Sumbar: Dekadensi Moral di Minang, Antropolog: Regulasi dan Konsep Pencegahan Lengkap, Implementasi Minim
PADANG (9/2/2022) - Narkoba dan LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) sudah jadi gaya hidup bagi sebagian kelompok masyarakat di Minangkabau di era Revolusi Industri 4.0 atau yang sering disebut dengan cyber physical system. Mengkhawatirkannya, dua hal ini memiliki kekuatan yang tak terbatas, terutama kekuatan finansial.
Demikian dikatakan penggiat sosial kemasyarakatan Sumatera Barat, Tan Rajo Khairul Anwar MH pada Diskusi Bulanan Dewan Pakar KAHMI Sumbar yang mengangkat tema 'Etnis Minangkabau di Persimpangan Jalan: Dekadensi Moral dan Permasalahannya di Sumatera Barat' secara daring, Rabu.
"Jatuh dan merosotnya moral masyarakat etnis Minangkabau seperti yang kita rasakan saat ini, tak lepas dari rusaknya sendi dan keyakinan beragama, moral keluarga yang tergerus, arus budaya materialistis, pengaruh hedonis dan pembinaan moral yang lemah dari penguasa," ungkap Khairul Anwar dalam diskusi daring yang dimoderatori akademisi Unand, Hary Effendi Iskandar.
Bersama Tan Rajo, juga tampil sebagai pembicara, Antropolog Universitas Andalas, Prof Nursyirwan Effendi dan Dr Wirdanengsih (Ketua Pusat Kajian Kearifan Lokal FIS Universitas Negeri Padang). Juga hadir presidium Majelis Wilayah KAHMI Sumbar, Sabar AS, anggota dan senior KAHMI dari berbagai daerah serta perantau Minang dari Florida, Amerika, Piet Zoebir Clark.
Baca juga: 3 Anggota DPRD Mentawai Dicokok Pesta Narkoba Bersama Seorang Kontraktor
Menurut Tan Rajo, perubahan sosial kemasyarakatan itu makin berkembang secara eksponensial, dipicu oleh perkembangan teknologi informasi yang diantisipasi secara gagap oleh masyarakat etnis Minangkabau.
"Pluralisme, politik identitas dan pembangunan partisipatif merupakan faktor lainnya yang jadi pemicu kondisi sosial dan politik Minangkabau, kini berada pada titik persimpangan," ungkap dia.
"Jatuh dan merosotnya moral, menyebabkan orang Minangkabau kehilangan identitas. Sakali aia gadang sakali tapian barubah. Begitu tamsil Minang memotret perubahan yang terjadi," terang dia.
Perubahan itu terjadi, terangnya, karena banyak urang awak terjebak dengan isu-isu sosial. Kemudian, pilihan pendidikan yang tidak sesuai dengan karakter Minangkabau serta 'terpeliharanya' prasangka buruk paska suksesi.
Baca juga: Granat Sumbar: Gerakan Anti Narkoba Layak Masuk Kurikulum Muatan Lokal di Setiap Satuan Pendidikan
"Masyarakat Minang saat ini tampak cendrung menuju perilaku Syari'i. Namun, terkait akidah, masih keropos," tegas Tan Rajo.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Polda Sumbar Pastikan Pelaku Penembakan dalam Pengawasan Tim Ditreskrimum
- 31 Ormas di Sumbar Suarakan Penolakan Politik Uang, Buya Gusrizal: Haram bagi Pemberi dan Penerima
- Jalan Balingka-Padang Lua Rusak Berat Akibat Pengalihan Jalan, Sumbar Hanya Sanggup Perbaiki 1 Km Audy Cari Dana ke Pusat
- Tol Ruas Sicincin-Bukittinggi Potensi Dialihkan jadi Sicincin-Singkarak-Tanah Datar, Ini Alasannya
- Sesditjen Dukcapil Kemendagri Perintahkan Disdukcapil Layani Perekaman Data KTP El Hingga Hari H Pencoblosan Pilkada