Unand Jauh Lebih Dulu Terapkan Kampus Merdeka, Merdeka Belajar
PADANG (1/7/2021) - Era Kampus Merdeka, Merdeka Belajar (KM-MB), memberikan keleluasaan pada setiap mahasiswa untuk memiliki keahlian tertentu sesuai kehendak pribadinya. Tidak lagi terikat pada satu institusi ataupun dosen yang jadi pengajar di perguruan tinggi tempat dia diterima dulunya.
Hal itu dikatakan Ketua Umum DPP IKA Unand periode 2016-2019, Prof Fasli Jalal saat jadi salah seorang pembicara pada webinar yang digelar komite pelaksana Kongres VI DPP IKA Unand, Kamis (1/7/2021). Sebanyak 138 orang peserta yang notabene alumni Universitas Andalas, mengikuti kegiatan bertajuk Ngobral (ngobrol bareng alumni) yang digelar secara hybrid (Daring dan Luring) tersebut.
"Belajar merdeka itu adalah belajar tak terikat tempat. Bisa dari mana saja karena faktor digitalisasi. Digitalisasi ini memberikan keleluasaan dalam menggali ilmu," ujar Prof Fasli yang juga Wamendiknas Kabinet Indonesia Bersatu II pada webinar yang mengangkat tema "Transformasi Digital dan Kampus Merdeka di Perguruan Tinggi Sumatera Barat."
Selain Prof Fasli yang kini menjabat Rektor Universitas Yarsi, Jakarta, juga tampil sejumlah guru besar yang notebene masih alumni Unand sebagai pembicara. Mereka kini telah jadi pimpinan tertinggi di kampusnya masing-masing.
Baca juga: Bukittinggi Raih Anugerah Merdeka Belajar Kategori Transformasi Pembelajaran
Seperti, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bidang Pendidikan periode 2011-2014, Prof Musliar Kasim (kini menjabat Rektor Universitas Baiturahmah), Prof Tafdil Husni (Rektor UBH), Prof Novesar Jamarun (Rektor ISI Padang Panjang), Prof Herri (Kepala LLDIKTI Wilayah X), Prof Yuliandri (Rektor Unand) dan alumni lainnya.
Sedangkan Gubernur Sumbar, Mahyeldi yang dijadwalkan jadi pembicara kunci (keynote speaker) via zoom meeting di iven bertajuk Ngobrol Bareng Alumni (Ngobral) itu, urung hadir. Ketua DPP IKA Fakultas Pertanian Unand itu sempat tersambung dengan platform zoom meeting, namun batal berbicara disebabkan agenda sebagai kepala daerah yang tak bisa ditinggalkan.
Menurut Prof Fasli, program KM-MB ini terkait dengan teknologi yang dimiliki, keahlian yang dipunyai sumber daya manusia (SDM) dan bisnis prosesnya. "Semua saling terkait. SDM harus dipastikan memiliki kemampuan mumpuni sehingga bisa jadi driver yang baik dalam mengemudikan program KM-MB ini," urai Prof Fasli memberi analogi.
Selain itu, terangnya, penggunaan teknologi yang tepat, berperan besar untuk menyukseskan program KM-MB tersebut. "Semua dosen harus mengubah maind set mengajarnya, karena dosen tidak lagi satu-satunya sumber informasi," ungkap Prof Fasli
Baca juga: Kemendikbudristek Nobatkan Sumbar Terbaik dalam Pengelolaan PIP
"Selain itu, mahasiswa juga harus mengikuti ritme perubahan di KM-MB. Artinya mahasiswa mesti proaktif dan kreatif dalam menggali ilmu dari sumber lain terutama di media digital yang sangat banyak tersebar diberbagai platform teknologi informasi," tambahnya.
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- 31 Ormas di Sumbar Suarakan Penolakan Politik Uang, Buya Gusrizal: Haram bagi Pemberi dan Penerima
- Jalan Balingka-Padang Lua Rusak Berat Akibat Pengalihan Jalan, Sumbar Hanya Sanggup Perbaiki 1 Km Audy Cari Dana ke Pusat
- Tol Ruas Sicincin-Bukittinggi Potensi Dialihkan jadi Sicincin-Singkarak-Tanah Datar, Ini Alasannya
- Sesditjen Dukcapil Kemendagri Perintahkan Disdukcapil Layani Perekaman Data KTP El Hingga Hari H Pencoblosan Pilkada
- Sirekap Kembali Digunakan di Pemilihan Serentak 2024