Bedah Buku Karya Armaidi Tanjung: Digitalisasi Informasi Organisasi NU Semakin Penting
Bedah buku setebal 620 halaman yang ditulis Armaidi Tanjung ini, diselenggarakan dalam rangka memeriahkan Hari Santri 22 Oktober 2020. Acara diskusi ini dipandu, Zeki Aliwardana, diikuti pengurus NU di Sumatera Barat, Badan Otonom, lembaga, kader NU dari Bandar Lampung dan Bogor.
Pemred NU Online, Achmad Mukafi Niam mengatakan, dalam rentang sekitar 15 tahun ini, dinamika NU di Sumatera Barat dapat dibaca melalui buku ini. Sebelumnya, tulisan-tulisan tersebut berserak di banyak kanal atau dalam rentang waktu yang berbeda-beda.
"Harapannya, peristiwa-peristiwa tersebut dapat menjadi penyemangat dan refleksi bagi kepengurusan kini dan mendatang. Sebagaimana yang sering kita dengar bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Prinsip yang sama berlaku dalam berorganisasi. Dengan mempelajari masa lalu Nahdlatul Ulama, maka kita dapat menarik pelajaran penting sebagai bekal dalam menatap masa depan," tuturnya.
Baca juga: PAD Turun jadi Sorotan Fraksi, Ini Kiat yang Disampaikan Pj Gubernur
Karya Cemerlang
Ketua PW ISNU, Ahmad Wira mengatakan, manfaat bedah buku ini tentu tidak saja bagi penulisnya, tapi juga publik pembaca. Pelajaran terbesar yang diambil ketika seorang penulis berani bukunya dibedah adalah adanya ruang untuk mendialogkan pesan yang ingin disampaikan dari bukunya.
"Bagi ISNU Sumatera Barat, bedah buku ini merupakan pekerjaan intelekual. Pekerjaan sarjana NU. Sehingga ISNU melihat kegiatan ini sangat relevan dan perlu terus dilanjutkan," terangnya.
"Sebuah tulisan yang disuguhkan Armaidi Tanjung pada pembaca, patut disambut gembira di tengah sulitnya mendapatkan referensi NU di Sumbar. Tentu ini sebuah karya yang cemerlang. Armaidi Tanjung sudah memulainya," kata Ahmad Wira yang juga Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam UIN Imam Bonjol.
Dikatakan Ahmad Wira, buku ini juga bisa dikatakan buku dokumenter. Karena terkait dengan kegiatan yang sudah dilakukan. Menulis buku ternyata bisa juga dengan membuka jejak digital. Ini satu model yang bisa dikembangkan.
Rahmat Tuanku Sulaiman menyebutkan, penulis buku ini juga pelaku sejarah yang merekam, mencatat apa yang didengar, dilihat, diketahui dan dilakukannya. Tentu saja apa yang ada dalam buku ini tidak semua kegiatan NU, Banom maupun lembaganya.
"Yang patut jadi perhatian serius, bagaimana yang dilakukan penulis buku ini bisa jadi inspirasi bagi kader NU lain. Sekecil apa pun kegiatan yang dilakukan ditulis dan dicatat," harap dia. (rls)
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro