Sumbar Alami Deflasi Tipis di Agustus 2019
Di sisi lain, tekanan kenaikan harga di Sumatera Barat terutama bersumber dari meningkatnya harga beberapa komoditas strategis, seperti cabai merah, emas perhiasan dan sekolah dasar. Komoditas cabai merah terpantau masih mengalami tren kenaikan harga karena masih terbatasnya pasokan di pasar dan meningkatnya permintaan saat Idul Adha serta musim baralek gadang (pernikahan) pada Agustus 2019.
"Terbatasnya pasokan karena sebagian besar sentra produksi di luar Sumbar belum memasuki masa panen, diikuti oleh musim kemarau dan El Nino. Sementara itu cabai lokal banyak disalurkan ke luar daerah (Riau, Sumut, Jambi, Bengkulu, dan Batam)," terangnya.
Meningkatnya biaya sekolah dasar mengikuti pola seasonal kenaikan biaya pendidikan saat memasuki tahun ajaran baru. Kenaikan harga harga emas perhiasan mengikuti harga internasional yang dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar dollar AS dan meningkatnya permintaan akan emas sebagai instrumen investasi pasca HBKN Idul Fitri.
Baca juga: BI dan Pemprov Sumbar Gelar Minang CrEFt 2022, Ini Targetnya
"Tren ini juga didorong oleh perilaku investor mencari keamanan berinvestasi (flight to safety) seiring belum adanya titik kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok, serta ketidakpastian geopolitik di sejumlah regional," terangnya. (vry)
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro