Ingin Lihat Wajah Lembut FPI, Datanglah ke Lereng Gunung Gede

Jumat, 12 April 2019, 17:26 WIB | Kuliner | Nasional
Ingin Lihat Wajah Lembut FPI, Datanglah ke Lereng Gunung Gede
Sebuah masjid berdinding kayu yang bertengger di area lereng yang sudah didatarkan. Dari kejauhan pun, masjid dengan ukuran panjang sekitar 40 meter dan lebar 15 meter itu terlihat sebagai masjid yang berarsitektur terbuka. (istimewa)

Kalau pun ada dinding, dinding itu sebenarnya adalah rak-rak penuh berisikan buku-buku tebal, tepatnya kitab karena kebanyakan bertuliskan aksara dan berbahasa Arab. Beberapa dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, terutama pada buku-buku jenis kamus dan ensiklopedi. Jumlahnya puluhan ribu, berderet di keempat dinding memanjang melebar, termasuk dinding-dinding penyekat di dalam area masjid.

Dengan kemampuan membaca Arab terbatas, tampak buku-buku masyhur dari para pemikir Islam, sepertiTahafut Al Falasifahtulisan Imam Al Ghazali dan kitabAl Ummkarangan Imam Syafii berada di salah satu rak.

"Belum semua buku Habib Rizieq kami bawa ke sini," kata Habib Muhammad bin Hussein Al Attas, penanggungjawab pesantren dan menantu Habib Rizieq. "Masih sekitar segini di Petamburan." Petamburan adalah markas besar FPI di Jakarta.

Untuk tamu yang datang dengan niat bersih, pemandangan itu saja sudah akan membuat mereka mempertanyakan stigma FPI sebagai organisasi 'garang'. Itu terjadi pada tokoh wanita kharismatik, Mbak Tutut Soeharto, yang pekan ini datang berkunjung.

"Ternyata FPI ini luar biasa, tidak brutal sebagaimana dipikirkan sebagian orang," kata Mbak Tutut di dua puluh menit pertama kedatangannya ke Markaz Syariah.

Tak banyak santri yang menimba ilmu di sini, karena pesantren pun belum membuka luas penerimaan santri. "Baru menerima santri yang datang dari cabang-cabang FPI dari seluruh daerah," kata Abah Rashid, salah seorang kepercayaan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab yang saat ini tengah 'hijrah' di Arab Saudi.Jumlahnya baru sekitar 100-an santri.

Namun, semua itu tak harus membuat Markaz sepi dari persentuhan sosial dengan masyarakat sekitar. Setiap Jumat, pesantren menggelar pengajian keagamaan, yang diakhiri makan siang gratis untuk seluruh jamaah. Waktunya mulai pukul 08 pagi, diselang shalat Jumat. Berlanjut hingga matahari mulai turun dari puncak posisinya, sebelum waktu Ashar.

Rabu pekan pertama setiap bulan, selalu membuat pesantren yang memiliki luas area 70-an hectare itu laiknya punya hajatan. Juga setiap hari Sabtu. Rabu awal bulan menjadi waktu acara pengajian bulanan yang melibatkan banyak ulama dan habib dari berbagai kabupaten di Jawa Barat.

Umumnya mereka datang sejak dini hari, dari berbagai daerah di sekitar Jabodetabek, bahkan Cianjur dan Sukabumi serta Lampung. Sementara setiap Sabtu pesantren membuka diri untuk warga sekitar berpiknik di area pesantren dan makan siang gratis bersama anak-anak dan keluarga mereka.

"Itu amanat dari HRS yang terus kita jaga," kata Abah Rashid."Makanya, tuh ada perosotan, ayunan dan alat-alat permainan anak-anak di sini."

Di kedua momen itu, menurut Abdullah, salah seorang pengurus pesantren, area pesantren pun jadi berubah laiknya 'pasar kaget'. "Banyak orang berjualan. Mulai jualan makanan, minuman, pakaian muslim-muslimah, atribut FPI, hingga poster para habib," kata Abdullah.

Halaman:
IKLAN NOMOR URUT PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR SUMBAR PEMILIHAN 2024

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan:
IKLAN CALON WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA PADANG PEMILIHAN SERENTAK 2024
IKLAN TOLAK POLITIK UANG PEMILIHAN SERENTAK 2024 KPU SUMBAR
IKLAN SOSIALISASI NOMOR URUT CALON BUPATI-WAKIL BUPATI KEPULAUAN MENTAWAI