Irwan Prayitno Nilai Pariwisata Sumbar Membaik, Data BI Bicara Sebaliknya
Pertumbuhan investasi melandai pada angka 3,29% (yoy), sementara ekspor tumbuh negatif sampai dengan -14,05% (yoy). Penurunan investasi, terutama karena perlambatan pertumbuhan investasi swasta, tercermin dari kontraksi kredit investasi yang menyentuh angka pertumbuhan -15,5% (yoy). Sementara itu, kombinasi faktor internal dan eksternal memengaruhi kinerja ekspor Sumatera Barat yang masih bergantung pada 2 (dua) komoditas primer yaitu minyak kelapa sawit dan karet alam.
Dari sisi internal, kondisi ini disebabkan oleh produktivitas tanaman kelapa sawit yang rendah sejalan dengan umur tanaman yang sudah tua dan dimulainya program replanting. Di samping itu, permintaan global yang masih rendah menurunkan minat petani untuk meningkatkan produksi buah kelapa sawit dan karet alam.
Selain itu, banyaknya restriksi perdagangan internasional, seperti kampanye negatif produk CPO di Eropa serta penerapan pajak impor CPO sampai dengan 44% oleh India, semakin menyulitkan ekspor untuk tumbuh lebih tinggi. Kemudian, perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang berlarut-larut juga menyebabkan menurunnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor, tercermin dari direvisinya prakiraan World Trade Volume (WTV) oleh WTO dari 4,8% (yoy) menjadi 4,2% (yoy).
Baca juga: DPRD Kalimantan Tengah Gali Kiat Sumbar Kembangkan Sektor Pariwisata, Ini Penjelasan Raflis
Melambatnya pertumbuhan ekonomi tersebut harus disikapi bijak oleh pemangku kebijakan, terutama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat. Oleh karenanya seluruh pihak didorong untuk mengidentifikasi dan merumuskan strategi dalam mencari dan memperkuat sumber ekonomi baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, salah satu yang paling potensial ialah sektor pariwisata. Sektor ini diproyeksikan dapat mengubah tren perlambatan pertumbuhan ekonomi yang tengah terjadi apabila dikerjakan dengan serius.
Sumbar Miliki Modal Kuat
Sumatera Barat memiliki modal yang kuat untuk membangun sektor pariwisata antara lain berhasil menjuarai World's Best Halal Culinary Destination dan World's Best Halal Destination pada gelaran World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi.
Di sisi lain, pesona alam yang masih asri dan budaya Minang yang masih kental juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Ragam kulinernyapun tak kalah menarik, Rendang didaulat sebagai masakan terlezat di dunia versi CNN Travels tahun 2017.
Empat tahun sebelumnya, gulungan ombak di Mentawai sudah masuk dalam jajaran ombak terbaik di dunia versi Surfer Magazine. Bahkan Desa Pariangan yang berlokasi di Kabupaten Tanah Datar terpilih menjadi desa terindah di dunia berdasarkan analisa majalah Travel Budget.
Infrastruktur penunjangnyapun sudah sangat baik, terbukti rasio jalan mantap yang dimiliki Sumbar mencapai 82,5%, termasuk yang tertinggi diantara provinsi lain di Indonesia. Selain itu, pemerintah tengah berupaya untuk menggenjot pembangunan infrastruktur lainnya, seperti revitalisasi Pasar Atas Bukittinggi, perbaikan pedestrian di Pusat Kota Padang, pembangunan Gedung Budaya, perluasan runway, apron dan kapasitas Bandara Internasional Minangkabau, serta reaktivasi kereta api untuk tujuan pariwisata dari Padang ke Bukittinggi.
Namun demikian, besarnya potensi yang dimiliki belum selaras dengan dampak ekonomi yang dihasilkan. Dari target kunjungan wisman yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata pada 2018 sebesar 75.000 orang, hanya tercapai 72,5%.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro
- INews TV Nobatkan Gubernur Sumbar jadi Penerima Pimpinan Daerah Award 2024, Ini Alasannya
- Kembangkan Pariwisata Sumbar, Gubernur Sumbar Temui Wamenparekraf
- Gubernur Sumbar Inginkan Rumah Siti Nurbaya di Studio Alam TVRI Direvitalisasi, Ini Alasannya
- Festival Maek akan Dihadiri Arkeolog dan Seniman Dunia, Supardi: Peradaban Megalitik Maek Potensi Mengubah Sejarah Asia