Sumbar Kembali Menabung Deflasi Level Moderat, Ini Pemicunya
VALORAnews - Indeks Pergerakan Harga Konsumen (IHK) Sumbar selama dua bulan berturut-turut, yakni Agustus-September 2018, tercatat mengalami deflasi pada level moderat. Pergerakan IHK bulanan pada September 2018, mencapai deflasi sebesar 0,30% (mtm) atau sedikit lebih rendah dibandingkan deflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,37% (mtm).
"Secara spasial, laju perkembangan harga Sumatera Barat tersebut terbentuk dari dua kota sampling inflasi yakni Padang yang mengalami deflasi sebesar 0,35% (mtm) dan Bukittinggi yang mengalami inflasi sebesar 0,10% (mtm)," ungkap Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar, Endy Dwi Tjahjono dalam siaran pers yang diterima.
Dikatakan, laju deflasi bulanan Sumatera Barat pada September 2018, terpantau lebih dalam dibandingkan laju deflasi nasional yang mencapai 0,18% (mtm). Secara tahunan, perkembangan harga Sumatera Barat masih mencatat inflasi sebesar 2,69% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 2,88% (yoy).
Sementara, laju inflasi Sumatera Barat selama tahun berjalan Januari-September 2018 tercatat sebesar 1,31% (ytd), atau masih berada di bawah laju nasional sebesar 1,94% (ytd). Dengan realisasi deflasi bulanan tersebut, Sumatera Barat tercatat sebagai provinsi dengan peringkat deflasi terdalam ke-5 di Sumatera dan peringkat ke-15 dari 30 provinsi yang mengalami deflasi secara nasional.
Baca juga: Polda Sumbar Tanam Jagung Manis untuk Sukseskan Asta Cita Presiden Prabowo, Ini Harapan Muhidi
Sulawesi Tengah (-1,22%, mtm); Papua Barat (-0,89%, mtm); dan Sulawesi Selatan (-0,86%, mtm) terpantau sebagai provinsi dengan deflasi terdalam pertama, kedua, dan ketiga di tingkat nasional.
"Menurunnya harga kelompok bahan pangan strategis menjadi penyumbang utama deflasi IHK umum Sumatera Barat pada September 2018," terang Endy.
Bila dilihat secara lebih rinci, urainya, deflasi pada September 2018 disumbang turunnya harga komoditas cabai merah dan bawang merah dengan andil deflasi masing-masing 0,18% (mtm); 0,11% (mtm). Deflasi pada kedua komoditas tersebut disebabkan oleh kecukupan pasokan, seiring dengan masih terjadinya musim panen dari sentra produksi baik di dalam maupun luar Sumatera Barat.
Selain itu, daging ayam ras dan telur ayam ras turut memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,11% (mtm) dan 0,05% (mtm). Turunnya harga pakan ternak, khususnya jagung, berimbas pada penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras.
Baca juga: Pakaian Anak Daro dan Marapulai Kurai serta Karupuak Sanjai Ditetapkan jadi WBTb Indonesia 2024
"Deflasi pada periode laporan juga disumbang oleh komoditas jengkol dengan andil deflasi sebesar 0,03% (mtm). Turunnya harga jengkol disebabkan oleh kecukupan pasokan setelah aktivitas petani/pengambil jengkol kembali normal pasca lebaran. Selain komoditas tersebut, terpantau pula minyak goreng dan sepat siam turut mengalami deflasi dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,02% (mtm) dan 0,01% (mtm)," terangnya.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Ribuan Warga Padang Ikuti Senam Golkar Bersatu di GOR Agus Salim
- Sumbar Kirim 170 Anggota Ikuti Pra-Popnas, Ini Pesan Audy Joinaldy
- BPKH Hajj Run 2024 Diikuti Peserta dari Berbagai Provinsi di Indonesia
- Ketua Perwosi Sumbar Beri Penghargaan Khusus untuk Atlet dan Pelatih Wanita Berprestasi di PON dan Peparnas 2024
- Sumbar Kirim 57 Atlet untuk Berlaga Peparnas XVII Jawa Tengah, Dua Emas jadi Target
Pjs Bupati Agam jadi Instruktur Olahraga Rabu Pagi, Ini Pesannya
Olahraga - 20 November 2024
Ribuan Warga Padang Ikuti Senam Golkar Bersatu di GOR Agus Salim
Olahraga - 16 November 2024
Sumbar Kirim 170 Anggota Ikuti Pra-Popnas, Ini Pesan Audy Joinaldy
Olahraga - 10 November 2024