Sumbar Kembali Menabung Deflasi Level Moderat, Ini Pemicunya
Laju deflasi Sumatera Barat pada September 2018 tertahan lebih dalam lagi, seiring dengan kenaikan harga beras, emas perhiasan dan tarif angkutan udara. Secara spesifik, komoditas beras memberikan andil inflasi sebesar 0,06% (mtm) terhadap inflasi Sumatera Barat.
Kenaikan harga beras disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif untuk produksi maupun proses penjemuran gabah. Ditinjau dari jenisnya, kenaikan harga beras terutama berasal dari jenis produksi lokal seperti Cisokan Solok, IR 42 Solok, dan IR 42 Pesisir Selatan. Meski demikian, inflasi pada harga beras di Sumatera Barat tertahan lebih lanjut seiring dengan masa panen yang tidak bersamaan di Sumatera Barat sehingga pasokan relatif terjaga sepanjang tahun.
Di sisi lain, kenaikan harga emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,03% (mtm) merupakan imbas dari naiknya harga emas dunia pascakebijakan The Fed untuk menaikan suku bunganya. Sementara itu, kenaikan harga tarif angkutan udara dengan andil inflasi sebesar 0,02% (mtm), terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan moda transportasi pesawat akibat penyelenggaraan event berskala nasional dan internasional pada September 2018, seperti Tour de Singkarak.
Baca juga: Pemprov Sumbar Sebar Ratusan Ribu Bibit Ikan Garing untuk Masyarakat Sintuak
Menghadapi berbagai risiko yang ada, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Sumatera Barat secara aktif melakukan berbagai upaya dalam pengendalian inflasi di daerah. Upaya pengendalian inflasi selama tahun 2018 terutama difokuskan pada pada stabilitas harga komoditas penyumbang inflasi (terutama beras, cabai merah, bawang merah, telur ayam, dan daging ayam ras).
Dalam rangka stabilisasi harga beras, Bulog Divre Sumatera Barat selama September 2018 telah melakukan operasi pasar untuk komoditas beras sebanyak 749,5 ton. Secara agregat, operasi pasar Bulog untuk komoditas beras sepanjang tahun 2018 (Januari-September) adalah 4.927 ton untuk seluruh Sumatera Barat.
"Selain stabilisasi harga, TPID di Sumatera Barat terus melakukan penguatan koordinasi dan sinergi di tingkat kab/kota dan provinsi. Salah satu bentuk penguatan koordinasi tersebut adalah dengan penyelenggaran rapat koordinasi atau high level meeting yang dilakukan untuk memonitoring efektivitas program pengendalian inflasi di daerah," urai Endy.
Inovasi pengendalian inflasi di Sumatera Barat juga dilakukan melalui penguatan kelembagaan petani, Gapoktan, Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM), serta peningkatan jumlah Toko Tani Indonesia di kabupaten/kota.
Di bawah kewenangan Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat, kehadiran kelembagaan LDPM dan Toko Tani Indonesia tersebut diharapkan dapat memotong rantai distribusi dari produsen ke konsumen, sehingga harga yang diterima konsumen dapat terjangkau diiringi dengan kesejahteraan petani yang tetap terjaga.
Keseriusan TPID Sumatera Barat dalam pengendalian harga juga tercermin dari keikutsertaan beberapa TPID di Sumatera Barat untuk mengikuti program capacity building TPID Sumatera Barat ke TPID Jawa Tengah, khususnya untuk pendalaman pemahaman terkait upaya penanganan produksi pascapanen. (rls/vry)
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Ribuan Warga Padang Ikuti Senam Golkar Bersatu di GOR Agus Salim
- Sumbar Kirim 170 Anggota Ikuti Pra-Popnas, Ini Pesan Audy Joinaldy
- BPKH Hajj Run 2024 Diikuti Peserta dari Berbagai Provinsi di Indonesia
- Ketua Perwosi Sumbar Beri Penghargaan Khusus untuk Atlet dan Pelatih Wanita Berprestasi di PON dan Peparnas 2024
- Sumbar Kirim 57 Atlet untuk Berlaga Peparnas XVII Jawa Tengah, Dua Emas jadi Target
Pjs Bupati Agam jadi Instruktur Olahraga Rabu Pagi, Ini Pesannya
Olahraga - 20 November 2024
Ribuan Warga Padang Ikuti Senam Golkar Bersatu di GOR Agus Salim
Olahraga - 16 November 2024
Sumbar Kirim 170 Anggota Ikuti Pra-Popnas, Ini Pesan Audy Joinaldy
Olahraga - 10 November 2024