Bule Swiss Ciptakan Alat Tenun Kain Songket, Percepat Proses Produksi jadi 2 Bulan
VALORAnews - Kecintaannya akan kerajinan songket Minangkabau, membuat bule pasangan suami istri asal Swiss ini, bermukim di Sumatera Barat sejak 1996. Hampir seluruh sentra songket yang ada di provinsi ini dikunjunginya. Tak ketinggalan Kawasan Saribu Rumah Gadang (SRG) Solok Selatan.
Pasangan suami istri tersebut, Benhard Bart dan Erika Dubler. Kedatangannya di Kawasan SRG ini, berdasarkan kajiannya bahwa Muaralabuh dulunya sebelum perang dunia kedua (1942) merupakan salah satu sentra tenun yang menghasilkan songket yang berkualitas.
"Sebelum perang dunia kedua, ada 15 sentra tenun di Sumatera Barat. Salah satunya adalah Muaralabuh. Saya memiliki 50 koleksi foto songket yang diakui merupakan motif asli Muaralabuh," ujarnya.
Menurutnya, kecintaannya pada songket telah dimulai sejak 1977 lalu, saat ia berkunjung ke Indonesia untuk pertama kalinya. Pada 1996, Bernhard pun memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai arsitek di Swiss dan mulai meneliti songket langsung di Sumatera Barat.
"Kami sudah berkeliling Asia untuk melihat songket di setiap negara, kami berkesimpulan songket Minangkabau adalah yang terbaik," jelasnya.
Bertempat di Homestay Rumah Gadang 07, kedatangannya disambut Pemerintah Kabupaten Solok Selatan yang diwakili Asisten III, Yul Amri, Rabu (28/3/2018).
Yul Amri mengatakan, Pemkab Solok Selatan ingin menghidupkan kembali kerajinan tenun di Solok Selatan. Karena hal ini, mendukung ekonomi kreatif bidang pariwisata yang sedang gencar-gencarnya dibangun.
Dia juga mengungkapkan komiten bupati terhadap usaha Bernhard, untuk mewujudkan kembali songket khas Solok Selatan.
"Bupati sangat mendukung anda, karena hal ini sejalan dengan pembangunan pariwisata di Kabupaten Solok Selatan," katanya.
Dikesempatan tersebut, Bernhard menunjukkan hasil karya songket yang dibuat pemuda-pemudi Minangkabau di studio Palantaloom, yang telah tiga tahun ia bangun.
"Songket ini berbahan sutera ulat dan merupakan replika dari songket jaman dulu yang saat ini berada di Museum Leiden (belanda), Museum di Los Angeles (Amerika Serikat) dan di Museum Adityawarman," tuturnya.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Peneliti dari 3 Perguruan Tinggi jadikan Nagari Lubuk Malako Prototype Desa Adat
- Ketua Dekranasda Solsel Resmikan Mitra Kerinci Galeri
- Mandabiah Kabau Nan Gadang, Khairunas: Pemkab Dukung Pelestarian Budaya
- Bupati Solsel Nilai BBI Bariang Cocok jadi Lokasi Wisata Edukasi
- Dekranasda Solsel Fasilitasi 70 Milenial Dilatih Desainer Andal