Laju Inflasi Nasional, Padang Terendah Bukittinggi Tertinggi

Jumat, 08 Juli 2016, 11:14 WIB | Olahraga | Provinsi Sumatera Barat

VALORAnews---Hingga medio 2016 ini, Kota Padang merupakan daerah dengan laju inflasi terendah secara nasional. Hal itu diungkap Kabag Perekonomian Pemko Padang Edi Dharma berdasarjab uodate berita resmi Badan Pusat Statistik (BPS).

"Dari update berita resmi statistik, inflasi Kota Padang terendah di Indonesia. Dari data itu, inflasi Kota Padang pada bulan Juni yakni 0.10 persen. Dan inflasi pada tahun 2016 tercatat 0.22 persen," ujar Edi Dharma, Kamis (7/7/2016).

Hal senada juga diungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia wilayah Sumatera Barat Puji Atmoko. Dia menyebutkan, secara tahun berjalan (year to date. ytd), Sumatera Barat mengalami inflasi pada tingkat cukup rendah, 0,20 persen (ytd). Secara tahunan, laju inflasi Sumatera Barat pada bulan Juni berada pada level 3,23 persen (year on year/ yoy).

"Pencapaian inflasi bulanan (mtm) posisi Juni tersebut menjadikan Provinsi Sumbar sebagai provinsi dengan laju inflasi terendah secara nasional," kata Puji Atmoko.

Dia menyebut, ditengah peningkatan konsumsi masyarakat pada bulan Ramadhan, tekanan inflasi relatif terkendali. Sementara perkembangan harga bulanan di tingkat nasional mencatatkan inflasi sebesar 0,66 persen (mtm).

Secara spasial, inflasi Sumbar disumbang oleh inflasi Kota Padang dan Bukittinggi yang masing-masing tercatat inflasi sebesar 0,10 persen (mtm) dan 0,73 persen (mtm). Inflasi tersebut menjadikan Kota Padang sebagai kota dengan laju inflasi terendah secara nasional. Sementara itu, Kota Bukittinggi berada pada urutan ke-38 (tiga puluh delapan) sebagai kota yang mengalami inflasi tertinggi secara nasional.

Komoditas kelompok barang yang diatur pemerintah (administered price) dan kelompok inti (core) menjadi sumber utama inflasi Sumbar pada Juni 2016. Komoditas kelompok barang yang diatur pemerintah dan kelompok inti tercatat masing-masing mengalami inflasi bulanan sebesar 0,38 persen (mtm) dan 0,23 persen (mtm).

Kenaikan harga pada kelompok barang yang diatur pemerintah disumbang oleh kenaikan tarif listrik yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Juni 2016 untuk tarif tegangan rendah, menengah dan tinggi serta adanya penyesuaian tarif cukai tembakau. Sementara itu, kenaikan harga kelompok inti disumbang oleh kenaikan harga minuman tidak beralkohol dan sandang sebagai dampak peningkatan permintaan masyarakat selama Ramadhan.

"Kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) justru mengalami deflasi secara bulanan sebesar 0,12 persen (mtm). Komoditas utama penyumbang turunnya harga komoditas kelompok pangan bergejolak di Sumbar adalah cabai merah dan beras, sebagai imbas musim panen raya di beberapa sentra produksi dan didukung oleh kelancaran distribusi," ujarnya. (vri)

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: