Yusuf Abit: Harga Sembako di Singapura Stabil dan Terjangka serta Tak Ada Sawah

Selasa, 19 Maret 2024, 19:35 WIB | Bisnis | Provinsi Sumatera Barat
Yusuf Abit: Harga Sembako di Singapura Stabil dan Terjangka serta Tak Ada Sawah
Ketua Komisi II DPRD Sumbar, Mochklasin memimpin rapat dengan mitra kerja terkait melonjaknya harga Sembako, Senin. (humas)

PADANG (18/3/2024) - Ketua Komisi II DPRD Sumatera Barat, Mokhlasin mengingatkan pemerintah, momen Ramadhan dan Idul Fitri 1445 H tak mengulang peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.

"Hari ini, kita melihat harga cabai yang menembus Rp120 ribu per Kg. Begitu juga dengan kenaikan harga beras lebih dari 10%. Jika harga melambung, pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi. Jangan sampai hal serupa terus berulang tanpa ada antisipasi di momen seperti sekarang ini," ungkap Mochklasin.

Hal itu ditegaskan Mochklasin saat memimpin rapat kerja Komisi II DPRD Sumbar dengan mitra kerja terkait untuk membahas kenaikan harga kebutuhan pokok pada awal Ramadhan 2024 ini, Senin.

Rapat yang digelar di Ruang Khusus 1 ini, dihadiri sejumlah anggota Komisi II DPRD Sumbar serta unsur terkait lainnya.

Baca juga: Bimtek WRSE Angkatan X, Supardi: Kreatif dan Inovatif jadi Kunci Keberhasilan Usaha Kuliner

Sedangkan dari unsur pemerintah daerah, menghadirkan Dinas Pangan, Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Biro Perekonomian.

Dalam sesi dialog, Mukhlis Yusuf Abit mengungkapkan keheranannya, terus melambungnya harga sembako di Sumatera Barat.

"Luas sawah di Sumbar ini tetap. Produksi beras malah surplus. Tapi, harganya terus saja merangkak naik. Malahan, Indonesia melakukan impor," ungkap Mukhlis.

Dikatakan, harga beras di Sumbar pada pekan pertama Ramadhan ini menembus angka Rp16 ribu per Kg. Sementara, di Singapura, harga beras mulai dari Rp6 ribu hingga paling mahal, kualitas super, Rp12 Kg per kg.

Baca juga: Bimtek Penguatan Kebudayaan, Supardi Ajak Tungku Tigo Sajarangan Ikut Selesaikan Persoalan Sosial

"Negara jiran tersebut tidak memiliki sawah. Kok bisa harga berasnya jauh lebih murah dibanding di kita, Indonesia. Ini harus kita kaji bersama dengan dinas terkait," ungkap dia.

Halaman:

Penulis: Al Imran
Editor: Mangindo Kayo
Sumber:

Bagikan: