Seminar Kebangsaan di UMNatsir Yarsi, Kualitas Literasi Mahasiswa jadi Sorotan
Namun sejatinya hal itu tidak menjadi masalah berarti, jika pemuda memiliki motivasi untuk bergerak maju.
"Tahun 1928 ketika sumpah pemuda tercetus, tantangan yang dihadapi adalah belenggu penjajahan. Tantangan yang ada kala itu, tentu kesulitannya sangat berbeda dengan zaman hari ini."
"Tapi berkat niat dan tekad yang kuat untuk bersatu, pemuda mampu bersumpah dan dikenang dalam sejarah," kata Hary.
Alumnus Program Doktoral Universitas Padjajaran ini meminta, peserta seminar memanfaatkan status mahasiswa sebagai aktor perubahan.
Katanya, nasib bangsa Indonesia mendatang ditentukan oleh kegigihan mahasiswa hari ini.
"Mungkin tidak banyak mahasiswa hari ini yang memiliki minat tinggi dalam membaca. Mahasiswa yang memiliki perpustakaan mini di kos-kosan ataupun tempat tinggalnya, juga sangat sedikit sekali."
"Ini harus jadi perhatian kita semua," jelas akademksi yang akrab disapa Ajo Harry itu.
Pakar Sejarah Politik Sumatera Barat ini juga memotivasi mahasiswa UMNatsir Yarsi Bukittinggi, untuk tidak takut bersaing dengan kampus-kampus lain.
Baginya, kesuksesan tidak serta merta diukur oleh almamater kampus.
"Tidak zamannya lagi kampus swasta tertinggal oleh kampus negeri. Banyak tokoh-tokoh nasional yang sukses hari ini, justru bukan berasal dari kampus unggulan."
"Akan tetapi semangat dan kegigihan mereka saat jadi mahasiswa yang akan menentukan masa depan mereka kelak."
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Erman Safar Kembalikan Berkas Bacalon Wako Bukittinggi ke Partai Nasdem
- Erman Safar Utus Sekretaris Gerindra Bukittinggi Ambil Formulir Bacalon Wali Kota ke Partai Demokrat
- Erman Safar Bagikan PKH dan Program Sembako Triwulan II, Terbesar Dapat Rp2,8 Juta
- Bukittinggi Gelar Sekolah Keluarga dan Lansia
- Erman Safar Serahkan Hibah Rp5 Miliar untuk Pembangunan Masjid Jami' Mandiangin