Refleksi 24 Tahun Reformasi '98: Nilai-nilai Perjuangan Reformasi harus Terus Digulirkan
PADANG (19/5/2022) - Banyak tokoh di masa kini yang menyematkan diri sebagai aktivis 1998, padahal mayoritas di antara mereka tak jelas kontribusisnya di masa pergerakan penurunan rezim Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun di Indonesia di periode 1998 hingga 1999.
Demikian dikatakan salah seorang aktivis 98, Bordon, pada Diskusi Hybrid "2 Dekade Reformasi; Potret Gerakan Mahasiswa '98 dan Refleksi 24 Tahun Reformasi' yang digelar Revolt Institute dan valoranews.com, Kamis.
Bordon merupakan salah seorang aktivis yang sempat dinyatakan hilang akibat putus kontak baik dengan kampus maupun teman-teman aktivis Sumatera Barat secara umumnya. Dikesempatan itu, Bordon mengisahkan perjalanannya bersama Akhmad Khairudin, aktivis mahasiswa UBH (Universitas Bung Hatta), sejak dari Padang hingga berpisah di Jakarta.
"Saya tengah berada di Jakarta saat lengsernya Presiden Soeharto hingga terjadi kerusuhan. Karena situasi yang tak menentu itu lah, yang mungkin menyebabkan keberadaan saya dikhawatirkan banyak orang," ungkap Bordon yang mengaku sempat berhubungan intensif dengan berbagai pihak di Jakarta terkait aktivitas demo pelengseran Soeharto itu.
Baca juga: Majelis BPSK Padang Temui Wakil Ketua DPRD Sumbar, Ini yang Dibicarakan
Diskusi ini dihadiri berbagai tokoh pergerakan di era reformasi, dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta di Sumatera Barat. Secara Luring hadir Abrar (IAIN IB), Muhammad Taufik (Ketum HMI Cabang Padang), Hary Effendi Iskandar (Sekjen BEM Unand 1999), Veryswin Bustami (ketua SMPT UMMY Solok), Raymond LM (Ketua SMPT UBH) dan Muchtar Effendi (IKIP Padang).
Secara Daring, hadir Nuzran Joher (Ketua SMI IAIN IB), Syarli Mubaraq (Ketua SMPT Unand 1998), Bordon dan Jon Muklis. Diskusi selama dua jam lebih itu dipandu Eka Vidya Putra yang juga salah seorang founder Revolt Institute.
Masing-masing pembicara, mengisahkan peran yang mereka lakukan selama masa reformasi itu. Misalnya, Nuzran Joher mengisahkan bagaimana asal mula, Syahrul Ramadhan Tanjung disematkan gelar jenderal besar reformasi Sumatera Barat.
"Titel ini merupakan perkataan Danrem 032/WBR saat itu, Letkol Sugiono, melihat peran Syahrul Ramadhan Tanjung dalam mengkoordinir massa yang berjumlah ribuan orang," ungkap Nusran yang kini jadi anggota DPD RI dari daerah pemilihan Provinsi Jambi.
Baca juga: Polda Sumbar Tanam Jagung Manis untuk Sukseskan Asta Cita Presiden Prabowo, Ini Harapan Muhidi
Sementara, Abrar, Hary Effendi Iskandar, Veryswin Bustami, Raymond LM dan Muchtar Effendi dalam pernyataan mereka, mengamini, 'izin tak tertulis' dari pimpinan universitas merupakan faktor dominan yang membuat pergerakan aktivis kemahasiswaan menemukan bentuknya.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- 31 Ormas di Sumbar Suarakan Penolakan Politik Uang, Buya Gusrizal: Haram bagi Pemberi dan Penerima
- Jalan Balingka-Padang Lua Rusak Berat Akibat Pengalihan Jalan, Sumbar Hanya Sanggup Perbaiki 1 Km Audy Cari Dana ke Pusat
- Tol Ruas Sicincin-Bukittinggi Potensi Dialihkan jadi Sicincin-Singkarak-Tanah Datar, Ini Alasannya
- Sesditjen Dukcapil Kemendagri Perintahkan Disdukcapil Layani Perekaman Data KTP El Hingga Hari H Pencoblosan Pilkada
- Sirekap Kembali Digunakan di Pemilihan Serentak 2024