Pengabdian Masyarakat Jurusan Biologi FMIPA Unand: Mentawai Masih Minim Lakukan Pengembangan Bahan Olahan Pangan Berbasis Sagu

Rabu, 27 Oktober 2021, 11:45 WIB | Kuliner | Kab. Mentawai
Pengabdian Masyarakat Jurusan Biologi FMIPA Unand: Mentawai Masih Minim Lakukan...
Pelatihan pengolahan tepung sagu di Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai oleh tim peneliti dan pengabdian masyarakat Jurusan Biologi Fakultas MIPA Unand. (istimewa)

"Saat ini, tinggal mengimplikasikan pengetahuan-pengetahuan teoritis tadi ke dalam kehidupan masyarakat binaan, sehingga dapat membantu menyadartahukan mereka dan memicu peningkatan kesejahteraannya," terang dia.

Potensi Sagu

Cara memasak sagu seperti obbuk atau kapurut, sudah dilakukan sejak sagu dikenal masyarakat Mentawai. Sehingga, bisa dikatakan obbuk dan kapurut sudah jadi makanan khas Mentawai.

Baca juga: Bernilai Trilinunan Tapi Ada yang Mangkrak! Inilah 9 Proyek 'Raksasa' Sumbar

Seiring dengan makin banyak pendatang ke Mentawai, juga berimbas pada pengenalan bahan-bahan makanan baru pada masyarakat. Bahkan, dalam penelitian kemasyarakatan yang pernah dilakukan, di beberapa tempat di Kepulauan Mentawai, konsumsi sagu mulai digantikan secara massif oleh nasi yang sebenarnya didatangkan dari luar.

"Mengingat tanah Mentawai yang rawa dan asam, tentunya tidak cocok untuk dijadikan sawah. Hal ini tentunya cukup disayangkan, jika masyarakat beralih mengonsumsi nasi. Karena, sagu sebenarnya punya potensi untuk terus menjadi bahan pangan utama di Kepulauan Mentawai," terang Nazri Janra.

Dikatakan. sagu dalam bentuk tepung memiliki potensi untuk diolah lebih lanjut jadi berbagai bentuk makanan yang berbasis tepung. Hal ini sebenarnya dalam skala kecil sudah dilakukan kaum ibu Mentawai.

Tetapi, karena hal ini hanya dikerjakan untuk sekadar pengisi waktu semata, sehingga gaungnya kurang terasa terutama untuk menyikapi perubahan pola konsumsi masyarakat setempat yang mulai beralih ke bahan makanan non-sagu.

"Jika disikapi dengan lebih serius, potensi sagu yang mulanya hanya sebagai bahan makanan pokok dapat ditingkatkan lebih lanjut jadi sumber pendapatan daerah. Peluang ini tentunya tidak lepas dari tingginya produksi sagu dari Mentawai dan juga karena daerah ini masih belum memiliki kuliner khas yang bisa dibawa sebagai buah tangan bagi setiap orang yang berkunjung."

Bagi yang belum mengetahui, kawasan pantai barat Mentawai, dikenal wisatawan mancanegara sebagai tempat dengan arus ombak tertinggi kedua setelah Hawaii di Amerika Serikat. Mentawai juga dikenal sebagai salah satu daerah dengan tingkat endemisitas hewan yang tinggi, selain keunikan budayanya yang sangat menarik untuk dijadikan ikon wisata lingkungan dan budaya.

Sehingga, dengan memanfaatkan arus kedatangan wisatawan untuk berbagai destinasi tadi, oleh-oleh khas dalam bentuk makanan juga sangat berpeluang untuk dikembangkan.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan:

Berita Terkait