Rektor Unand dan Wako Padang Apresiasi Fateta Food Award 2020

Rabu, 30 Desember 2020, 07:06 WIB | Kabar Daerah | Provinsi Sumatera Barat
Rektor Unand dan Wako Padang Apresiasi Fateta Food Award 2020
Rektor Universitas Andalas, Prof Yuliandri disaksikan Mahyeldi (Wako Padang) dan Dr Feri Arlius Dt Sipado (Dekan Fateta Unand) menyerahkan plakat dan sertifikat pada salah seorang pengusaha rumah makan yang meraih Fateta Food Award (FFA) 2020, di Palanta

VALORAnews - Rektor Universitas Andalas, Prof Yuliandri menegaskan, Fateta Food Award (FFA) 2020 merupakan salah satu cara dari perguruan tinggi negeri tertua di Sumatera ini, mengapresiasi pelaku usaha di Sumatera Barat khususnya di sektor kuliner.

"Masakan minang itu hanya ada enak dan enak sekali. Dengan adanya program inovasi dari Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Universitas Andalas ini, akan membuat masakan minang makin diminati publik secara lebih luas," ungkap Prof Yuliandri saat memberikan sambutan pada penyerahan FFA 2020 di Palanta Rumah Dinas Wali Kota Padang, Selasa (29/12/2020) malam.

Selain Rektor Unand, ikut hadir dalam penyerahan FFA 2020 ini, Wali Kota Padang, Mahyeldi, Guswandi (Kepala Dinas Pangan Padang), Dr Feri Arlius Dt Sipado (Dekan Fateta Unand), para dosen dan pengurus alumni Fateta serta sejumlah mahasiswa. Ikut hadir pemilik restoran dan rumah makan yang akan jadi penerima penghargaan FFA 2020.

Di kesempatan itu, Mahyeldi mengapresiasi FFA 2020 yang diinisiasi Fateta Unand bersama Dinas Pangan Kota Padang. Di sisi lain, Mahyeldi juga mengingatkan pentingnya makanan yang aman dari sisi kesehatan.

Baca juga: BWSS V Identifikasi Tumpukan Sisa Material Erupsi Gunung Marapi di Nagari Pandai Sikek Jarak 3 Km

"Banyak mengandung kolesterol, merupakan stigma yang melekat pada masakan minang. Ini harus ada kolaborasi dari lintas disiplin ilmu di perguruan tinggi, agar stigma itu bisa dimentahkan secara ilmiah, sehingga masyarakat tak lagi khawatir mengonsumsi aneka kuliner minang yang banyak menggunakan santan kelapa itu," ungkap Mahyeldi.

Mahyeldi kemudian mencontohkan daging Ikan Salmon berwarna merah, yang dilihatnya ketika kunjungan kerja ke Norwegia beberapa tahun lalu. Aslinya, kata Mahyeldi, daging Ikan Salmon itu berwarna putih.

"Perubahan warna ini terjadi karena adanya perlakuan khusus pada pakan Ikan Salmon yang dibudidayakan warga di sana. Hal ini membuat Ikan Salmon dengan daging merah makin diminati, karena dinyatakan lebih aman dikonsumsi jika dilihat dari sisi kesehatan," ungkap Mahyeldi yang juga ketua umum DPP Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Pertanian Unand.

"Fakultas Peternakan, Fateta serta fakultas lainnya di Unand, sudah saatnya saling berkolaborasi dalam upaya mendorong makanan minang yang aman secara kesehatan. Ini penting, karena pola konsumsi orang asing dengan kita, sangat jauh berbeda," tambahnya.

Baca juga: Mahyeldi Paparkan Beda Fasilitas Antisipasi Bencana di Gunung Marapi Sumbar dan Merapi Yogyakarta ke Komisi V DPR RI

Orang dari Jazirah Arab, ungkap Mahyeldi, cara mereka mengonsumsi ikan itu per 1 ekor ukuran cukup besar. Porsi itu untuk konsumsi satu orang saja. Sementara, kebiasaan di Minang, mengonsumsi dalam bentuk potongan kecil-kecil per orangnya.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan: