Singapura Batasi Pendatang Masuk, Pedagang Gerabah di Padang 'Dihempas Pandemi Covid19'

Jumat, 20 November 2020, 09:26 WIB | Olahraga | Provinsi Sumatera Barat
Singapura Batasi Pendatang Masuk, Pedagang Gerabah di Padang 'Dihempas Pandemi Covid19'
Pemilik Galeri Tembikar 'Hatimura,' Kartini AS di show room yang sekaligus jadi kediamannya di Jl Tanjung Karang C/12, Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Padang. (mangindo kayo/valoranews)
VISI MISI CALON GUBERNUR SUMBAR PILKADA SERENTAK 2024

VALORAnews - Menjual aset untuk bertahan, jadi pilihan yang harus dilakukan pedagang gerabah di Kota Padang, Sumatera Barat, Kartini AS di masa Pandemi Covid19 ini. Pilihannya menjual aset untuk bertahan di bisnis perkakas rumah tangga yang terbuat dari tanah liat untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia, ternyata masih belum mampu membuat 'asap dapurnya' tetap mengepul.

"Saya jualan tembikar khas Sumatera Barat ini ke negara jiran, Singapura. Saya tak bisa lagi jualan ke negara itu, karena Singapura menutup diri sejak pandemi di awal Maret 2020 lalu," ungkap Kartini, pemilik Galeri Tembikar 'Hatimura' di Jl Tanjung Karang C/12, Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Padang.

Kartini menyebut, sejak pensiun sebagai guru di SMKN 8 Kota Padang pada 2013 lalu, dirinya memang fokus berjualan gerabah ke negara jiran tersebut. Dia kerap mengikuti berbagai pameran dagang yang diselenggarakan di negara kepulauan tersebut. Mulai dari penggorengan (kuali), tempat memasak air (cerek) dan memasak gulai (periuk), dia jajakan pada pengunjung pameran.

Untuk bisa mengikuti aneka pameran yang banyak digelar di negara itu sepanjang tahun, Kartini kemudian menyewa sebuah gudang di sana.

"Gerabah dalam bentuk berbagai ukuran itu, saya bawa dengan kontainer dari Padang ini. Gerabah itu saya pilih yang kualitas terbaik dari pengrajin dari Kabupaten Tanahdatar, Sumatera Barat," terangnya.

"Kalau jualan di pasar lokal, peminatnya sangat kecil. Harga jual juga tidak terlalu baik," tambah Kartini, alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu.

Kartini mengaku kesulitan, untuk berdagang secara daring (online) yang disebutkan banyak pihak, sebagai salah satu alternatif berdagang di masa depan khususnya di masa pandemi Covid19 ini. Selain tak begitu paham dengan sistemnya dan agak gagap teknologi, Kartini menilai, dirinya akan kerepotan dalam proses pengiriman pesanan nantinya.

"Gerabah ini kan mudah pecah. Tak tahu juga saya bagaimana pembeli saya di Singapura itu membawanya ke rumah mereka, dulu," kata Kartini.

"Jika ada calon pembeli yang berminat dengan gerabah-gerabah saya itu, bisa menghubungi handphone saya di nomor 081374827004," tambah Kartini yang mengaku, masih menyewa gudang di Singapura untuk menyimpan dagangannya yang masih banyak bersisa.

Berbeda dengan Kartini, Eri, pedagang peyet dan garmen aksesoris di Pasar Raya Padang, makin intensif memanfaatkan media sosial untuk berjualan. Sejak Pasar Raya Padang sepi pengunjung akibat pandemi Covid19, Eri makin getol jualan melalui media sosial.

Toko Sinar Payet yang dikelolanya di Pasar Raya pun akhirnya ditutup. Dia memilih jualan agak ke pinggiran kota. Selain lebih dekat dengan tempat tinggalnya di kawasan Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Padang, harga sewa toko di pinggaran juga sedikit lebih murah.

Halaman:
TANGGAPAN MASYARAKAT TENTANG CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PILKADA SERENTAK 2024

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: