Kontroversi Pernyataan Mega dan Puan, Rafik: Tabayun dan Selesaikan di Biliak Ketek
Rafik mengakui, gejala sekelompok urang awak yang tak sepakat dengan Pancasila itu memang nyata.
"Saya salah satu saksi hidup yang terlibat pembicaraan dengan salah satu kelompok di Sumbar yang mengatakan Pancasila itu tidak sesuai dengan Islam. Walau kelompok ini terbilang kecil, tetap saja ini mengkhawatirkan kita semua, terlebih bagi saya sebagai salah satu aktivis pemuda di nasional," terangnya.
Rafiq melihat, pernyataan politik Uni Puan dan Bundo Mega itu, juga tak lepas dari informasi serupa yang diperolehnya itu.
Baca juga: PDI Perjuangan Raih 1 Kursi DPR RI dari Sumatera Barat, Alex: Mohon Doa dan Kritiknya
"Sebagai seorang adik, saya juga mengkritik pernyataan keduanya karena dilakukan dalam momen yang tak sesuai. Terlebih, aroma panas Pilpres 2019 kemarin kembali menghangat pada pemilihan serentak 2020 ini," tukasnya.
Menghangatnya kontestasi pada pemilihan serentak 2020 ini, dinilai Rafik, membuat pernyataan Uni Puan dan Bundo Mega, mulai dimanfaatkan sekelompok orang jadi komoditas politik.
"Pernyataan itu tampak mulai digoreng. Mari kita selesaikan dalam biliak ketek rumah gadang sesuai ajaran adat kita, Minangkabau," tukasnya.
Puan Maharani dilahirkan 6 September 1973 di Jakarta. Tahun lalu, Puan Maharani dilantik jadi Ketua DPR RI periode 2019-2024. Ini merupakan perempuan Minangkabau pertama yang menjabat sebagai ketua lembaga tinggi negara tersebut.
Sementara, Megawati Soekarnoputri Puti Reno Nilam adalah presiden kelima Republik Indonesia. Artinya, Megawati dan anaknya Puan Maharani adalah penerus sejarah ketohonan Minangkabau di pentas Negara Kesatuan Republik Indonesia. (rls/kyo)
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro