BAB Sistem Aster Masih Ada di Purus

Jumat, 21 Agustus 2015, 19:28 WIB | News | Kota Padang
BAB Sistem Aster Masih Ada di Purus
Koordinator Humas dan Publikasi P2KP Sumbar, Robbi Hotter (kiri) bersama pengurus BKM Puruih Saiyo dan Soesilo AP (wartawan Harian Singgalang, T-Shirt hitam), saat meninjau pemukiman kumuh di kawasan Purus, Jumat (21/8/2015). Kunjungan lapangan ini merupa

VALORAnews -- Kawasan Purus di kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumbar, masih belum terbebas dari status kumuh. Saluran drainase banyak yang tak mengalir, ketersediaan air bersih juga minim. Begitu juga soal sanitasi, banyak warganya yang masih memanfaatkan jamban sistem aster (asoy terbang).

"Aster itu merupakan istilah yang digunakan warga sini, untuk praktek buang air besar (BAB) yang dibungkus dengan kantong kresek (asoy-red) lalu dibuang ke saluran drainase atau ke pasir pantai," ungkap Rahmat, Ketua RT 04/RW VII, saat menjawab pertanyaan sejumlah wartawan saat kunjungan lapangan kegiatan workshop media Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) Sumbar, Jumat (21/8/2015).

Selain itu, terang Rahmat, jika rumah warga itu memiliki kakus, namun kerap tidak dilengkapi setpic tank. Sehingga, BAB-nya langsung 'teronggok' di saluran drainase yang melintas di sekitar pemukiman. (Baca: Penetapan Kriteria Kawasan Kumuh, Robby: Peran Relawan Dibutuhkan)

"Lihat lah itu, di sepanjang saluran drainse ini banyak BAB warga yang teronggok," kata Rahmat di pinggir saluran drainase yang memang penuh onggokan BAB warga.

Baca juga: Andree Algamar Dilantik jadi Pj Walikota Padang, Mahyeldi: Selesaikan Permasalahan Masyarakat

Sementara, Koordinator Dewan Pimpinan Kolektif BKM Puruih Saiyo, Baharuddin mengatakan, mengubah perilaku hidup warganya untuk mengikuti pola hidup sehat, memang butuh kerja ekstra keras. Karena, sebagai daerah yang berada di pesisir pantai, persoalan sanitasi memang terbentuk pada persoalan budaya.

"Budaya hidup warga pesisir ini, BAB di jamban atau kakus keluarga sangat jarang. Selain itu, warga yang rata-rata merupakan bukan warga tetap (bermukim di rumah kontrakan-red), sarana prasana kakus di kontrakan mereka juga tak ada. Jadi lah, sistem aster itu masih membudaya sampai sekarang," terang Baharuddin, dalam sesi dialog di sekretariat BKM Puruih Saiyo.

Tak hanya sanitasi, Lurah Purus, Salman S mengatakan, warganya juga bermasalah dengan pasokan air bersih dari PDAM. Pada gempa 2009 lalu, jaringan induk pipa PDAM mengalami kerusakan cukup parah. Sehingganya, air tak mengalir lancar ke rumah-rumah warga. Jika memanfaatkan air sumur, kualitasnya juga tak bagus. (Baca: Penanganan Kawasan Kumuh dan Penyediaan Ruang Publik Belum jadi Isu Menarik)

"Di siang hari, air praktis tak mengalir. Pasokan air baru datang saat jelang tengah malam," timpal salah seorang anggota BKM Puruih Saiyo, Wati menimpali pernyataan lurah.

Baca juga: Pindah Partai di Pemilu 2024, Dua Anggota PAW DPRD Padang dari Partai Berkarya Dilantik

Dikatakan Salman, untuk mengatasi persoalan jamban ini, di wilayahnya ini mendapat program bantuan pembangunan dua unit jamban keluarga yang dikerjakan jajaran Koramil Padang bersama warga setempat.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan: