Beruang Madu Keliaran Masuk Kampung: Warga Bidar Alam Merasa Diteror
Terpisah, Kepala Seksi BKSDA wilayah III Sumbar, Suraji mengatakan, pagi ini (kemarin, red) pihaknya sudah mengutus lima petugas BKSDA ke Bidar Alam untuk mengangani konflik beruang masuk kampung tersebut. BKSDA, katanya, pasti akan menindak lanjuti setiap laporan warga dan tidak mungkin membiarkannya saja.
"Untuk konflik beruang di Bidar Alam, kita sudah melakukan dua penanganan yakni penghalauan dan memasang perangkap pada 15 April lalu. Namun, belum berhasil dan laporan warga beruangnya muncul lagi. Pagi ini, lima petugas sudah menuju kesana untuk melakukan upaya penanganan lanjutan," ujarnya.
BKSDA, lanjut Suraji, memiliki keterbatasan personil sehingga masyarakat dimohon untuk bersabar. Kemudian, jelasnya, dalam penanganan konflik tersebut, tidak hanya bermuara pada BKSDA saja namun dibutuhkan perhatian banyak instansi dan pihak termasuk masyarakat juga bisa membantu.
Baca juga: Beruang Madu Berkeliaran, Warga Nagari Sungai Kunyit Barat Pasang Perangkap
Di tengah keterbatasan petugas itu, terangnya, pihaknya juga harus memburu waktu dan membagi personil ke daerah lain di wilayah III Sumbar untuk menangani konflik serupa. Seperti menangani konflik harimau di Sampur Kudus, Sijunjung, beruang madu di Batang Barus, Solok dan ada lagi beruang madu di Pessel.
Lalu, sambungnya, perlu juga dipahami, bahwa penanganan konflik satwa dilakukan berjenjang. BKSDA akan merasa berhasil bila satwa liar kembali kehabitatnya. Dimulai dari penghalauan, pemasangan perangkap, pengusiran besar-besaran dan terakhir pembiusan.
"Kita berharap, semua sama-sama peduli. Bukan BKSDA tak merespon laporan warga. Terkait perangkap yang ditinggalkan petugas setelah dipasang, namanya perangkap ya ditinggalkan dan tidak perlu ditunggui," jelasnya.
Hewan sejenis beruang madu, tambahnya lagi, sejatinya binatang omnivora yang tidak memakan daging seperti ayam tersebut. Tapi makanannya madu dan semut.
Terjadinya mutasi makanan itu, kata Suraji, bisa jadi disebabkan karena habitat hewan itu sudah semakin sempit akibat adanya aktifitas pembukaan lahan. Sehingga, makanannya kian terbatas dan lalu masuk ke perkampungan warga. (rls)
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- Peneliti dari 3 Perguruan Tinggi jadikan Nagari Lubuk Malako Prototype Desa Adat
- Ketua Dekranasda Solsel Resmikan Mitra Kerinci Galeri
- Mandabiah Kabau Nan Gadang, Khairunas: Pemkab Dukung Pelestarian Budaya
- Bupati Solsel Nilai BBI Bariang Cocok jadi Lokasi Wisata Edukasi
- Dekranasda Solsel Fasilitasi 70 Milenial Dilatih Desainer Andal