Diseminasi Survei PPIM UIN Syarif Hidayatullah: Guru TK Hingga SMA Cenderung Miliki Opini Intoleran dan Radikal

Jumat, 25 Januari 2019, 20:07 WIB | Kabar Daerah | Provinsi Sumatera Barat
Diseminasi Survei PPIM UIN Syarif Hidayatullah: Guru TK Hingga SMA Cenderung Miliki Opini...
Direktur Eksekutif PPASB Padang UIN Imam Bonjol, Yasrul Huda (berdiri) menyampaikan pendapatnya tentang hasil riset PPIM UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, aula Pascasarjana UIN Imam Bonjol, Padang, Jumat (25/1/2019). Saat itum digelar diseminasi hasil sur

VALORAnews - Guru di Indonesia dari TK hingga SMA, memiliki opini intoleran dan opini radikal yang tinggi. Literasi keagamaan masyarakat yang sudah bergeser yakni suka belajar sendiri, terdapatnya pencarian persoalan keagamaan melalui internet, jadi faktor pemicu bergesernya opini masyarakat ke arah intoleran dan radikal itu.

Hal ini disampaikan dua orang peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Dr Yunita Faela Nisa dan Tasman MSi di aula Pascasarjana UIN Imam Bonjol, Padang pada diseminasi hasil survei nasional PPIM 2018: "Sikap Keberagamaan (perihal beragama-red) Guru Sekolah/Madrasah di Indonesia" dimana untuk Sumbar mengambil tema, "Pergeseran Peran Otoritas Keberagamaankah?"

"Yang kami sampaikan ini sebenarnya hasil survei nasional, tapi hasilnya di Sumatera Barat juga menggambarkan hal serupa. Artinya, jawaban yang nasional itu, di Sumatera Barat juga kelihatan," ungkap Yunita didampingi Tasman saat sesi wawancara dengan wartawan, Jumat (25/1/2019).

"Yang kami paparkan di Padang pada diseminasi ini, hanya kualitatifnya saja karena bisa blunder juga jika kuantatifnya diikutkan. Karena, hanya ada 60 narasumber di Sumatera Barat," tambah dia.

Riset nasional yang digelar PPIM UIN Syarif Hidayatullah dilangsungkan pada 6 Agustus sampai 6 September 2019 lalu. Riset ini dilakukan di seluruh provinsi di Indonesia, dimana Sumatera Barat terdapat 60 responden.

Sebaran jumlah sampel guru muslim dari survei ini sebanyak 2.237 di seluruh provinsi, terdiri dari 1.811 guru sekolah (79,62 persen) dan 426 guru madrasah (20,38 persen) dengan margin error 2,07 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Analisis data menggunakan statistik deskriptif multiple regression analysis serta multilevel SEM analysis.

Variabel utama yang diteliti yakni intoleransi agama, radikalisme agama serta faktor-faktor yang memengaruhi keduanya. Pertanyaan terbukanya, seberapa besar toleransi guru sekolah/madrasah di Indonesia (intoleransi opini dan intensi-aksi), seberapa besar radikalisme dalam mendukung negara Islam guru sekolah/madrasah di Indonesia (radikalisme opini dan intensi-aksi) serta faktor-faktor apa yang memberi kontribusi pada intoleransi dan radikalisme guru di Indonesia (prediktor intolerensi dan radikalisme)

Untuk memastikan keakuratan, dilakukan spot check sebesar 5 persen dari sampel yang dilakukan oleh koordinator provinsi dan Tim PPIM. Sedangkan penelitian kualitatif digelar di 5 kota di Indonesia yakni Padang (Sumbar), Bekasi (Jabar), Pekanbaru (Riau), Balikpapan (Kaltim) dan Bantul (DI Yogyakarta).

Untuk opini toleransi pada umat agama lain, diurai dengan pertanyaan seberapa setuju atau sangat setuju dengan tindakan berikut sebagai wujud ketaatan terhadap ajaran agama di antaranya; Kepala Dinas Pendidikan di daerah ibu/bapak tinggal seharusnya beragama Islam (73 persen), Indonesia akan jadi negara lebih baik jika semua penduduknya beragama Islam (55 persen), tetangga yang berbeda agama boleh mengadakan acara keagamaan seperti kebaktian (kristen) atau mesodan (hindu) (79 persen) serta pertanyaan lainnya.

Menanggapi paparan presenter dari PPIM UIN Syarif Hidayatullah ini, Henry Panintyas mengingatkan, objek penelitian di Sumbar yang relatif kecil, jangan sampai menggenalisir sikap seluruh guru. Hal itu juga diamini Nasmeri (Kabid SMA Disdik Sumbar). Menurutnya, ada 80.000 guru di 60 ribu sekolah di Sumbar. Sebanyak 60 sumber PPIM UIN Syarif Hidayatullah, tak pas untuk merepresentasikan sikap guru di Sumatera Barat.

Menurut Henry, intolerensi sebatas sikap, tak muncul kedalam perilaku yang intoleran, tak ada salahnya. "Objek penelitian adalah guru. Sikap intoleran dari seorang guru, tentu akan berhadapan langsung dengan aturan kepegawaian. Lagipula, berpikir itu kan memang harus radikal dalam artian tuntas. Radikalisasi yang tak boleh terjadi," terangnya.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan: