Inflasi Sumbar Tertahan Berkat Normalisasi Tarif Angkutan Udara

Rabu, 05 Desember 2018, 20:48 WIB | Olahraga | Provinsi Sumatera Barat
Inflasi Sumbar Tertahan Berkat Normalisasi Tarif Angkutan Udara
Info grafis inflasi di Sumbar, November 2018. (sumber BI Sumbar)

VALORAnews - Perkembangan inflasi Sumatera Barat pada November 2018 terkendali. Laju inflasi bulanan Sumatera Barat pada November 2018, terpantau sebesar 0,27% (mtm), lebih rendah dibandingkan Oktober 2018 yang sebesar 0,81% (mtm).

"Secara spasial, kedua kota sampling inflasi di Sumatera Barat yakni Kota Padang dan Kota Bukittinggi mengalami inflasi pada November 2018 dengan besaran masing-masing 0,19% (mtm) dan 0,83% (mtm)," ungkap Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar, Endy Dwi Tjahjono dalam siaran pers yang diterima, Rabu (5/12/2018).

Realisasi inflasi Sumatera Barat pada November 2018, terang Endy, sama dengan inflasi nasional yang sebesar 0,27% (mtm), namun sedikit di atas rata-rata inflasi kawasan Sumatera yang sebesar 0,11% (mtm). Secara tahunan, laju inflasi Sumatera Barat tercatat sebesar 3,10% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,23% (yoy).

Sementara itu, perkembangan harga Sumatera Barat secara kumulatif Januari-November 2018 mencatat inflasi sebesar 2,41% (ytd) atau sedikit di bawah capaian nasional yang sebesar 2,50% (ytd). Capaian inflasi bulanan tersebut menempatkan Sumatera Barat sebagai provinsi dengan laju inflasi tertinggi ke-4 dari 8 provinsi yang mengalami inflasi di Kawasan Sumatera.

Baca juga: Dharmasraya Alami Deflasi Periode Oktober 2024

Sedangkan secara nasional, Sumatera Barat berada pada peringkat inflasi tertinggi ke-19 dari 28 provinsi. Sulawesi Utara (1,84%; mtm), Papua (1,37%; mtm), dan Maluku (0,87%; mtm) merupakan provinsi dengan peringkat inflasi tertinggi pertama, kedua, dan ketiga di Indonesia. Sementara itu, Aceh (0,62%; mtm), Riau (0,49%, mtm), dan Kepulauan Riau (0,43%; mtm) merupakan provinsi dengan peringkat inflasi tertinggi pertama, kedua, dan ketiga di Sumatera.

"Tekanan inflasi Sumatera Barat pada November 2018 terutama didorong oleh meningkatnya harga pada kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar," terangnya.

Kenaikan harga beras dan bawang merah mendorong inflasi Sumatera Barat dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,14% (mtm) dan 0,07% (mtm). Naiknya harga beras disebabkan oleh faktor cuaca yang kurang kondusif sehingga menghambat proses produksi dan penjemuran gabah.

"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Sumatera Barat, kenaikan harga beras terjadi hampir di semua varietas, dengan kenaikan tertinggi berasal dari jenis IR 42 C Solok dan Cisokan Solok. Sementara itu, kenaikan harga bawang merah karena terbatasnya pasokan khususnya bawang Jawa dan bawang peking," ungkap Endy.

Baca juga: Pjs Wako Bukittinggi Minta TPID Pantau Harga Sembako Tetap Terjangkau

Dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, sumbangan inflasi terutama berasal dari kenaikan harga bensin, sewa rumah, dan semen dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,03% (mtm), 0,02% (mtm), dan 0,01% (mtm). Kenaikan harga bensin terjadi karena imbas penyesuaian harga BBM non subsidi yang ditetapkan sejak tanggal 10 Oktober 2018.

Halaman:
IKLAN NOMOR URUT PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR SUMBAR PEMILIHAN 2024

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan:
IKLAN CALON WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA PADANG PEMILIHAN SERENTAK 2024
IKLAN TOLAK POLITIK UANG PEMILIHAN SERENTAK 2024 KPU SUMBAR
IKLAN SOSIALISASI NOMOR URUT CALON BUPATI-WAKIL BUPATI KEPULAUAN MENTAWAI