Penulis Boy Candra Angkat Perspektif Merantau di Film Tagah
Menurut Boy Candra, di era sekarang merantau adalah mencari ruang untuk belajar. Semisal, menempuh pendidikan atau bekerja untuk waktu tertentu, lalu kembali pulang ke kampung. Atau malah, merantau dengan alam pikiran. Maksudnya, kita tetap bisa tinggal di kampung, namun menerapkan pengetahuan dan pola pikir (dalam bekerja) dengan orang-orang di kota. Misal, sederhananya, kalau di kota orang-orang bekerja dari pagi dan jam kerja yang ketat, di kampung kita juga bisa menerapkan itu. Jadi, merantau bukan lagi soal semakin jauh berjalan.
Boy Candra juga mengatakan, makna dari 'mambangkik batang tarandam' masih sama dengan dulu. Sederhananya, berguna bagi kampung halaman. Yang membedakan, kalau dulu, istilah mambangkik batang tarandam cenderung pada kegiatan mengubah nasib melalui proses merantau dan berhasil. Sementara kini, sebagai generasimuda, kita tetap bisa berbuat di kota kita masing-masing.
Boy Candra menjelaskan keberadaannya di film Tagah ini, "Sebenarnya saya masih belum berani bilang saya terlibat di perfilman, walau pun skop Sumbar. Karena memang belum ada apa-apanya. Lebih enak jika saya tetap ingin melibatkan diri menjadi bagian dari para pekerja kreatif di Sumatera Barat. Apakah sebagai penulis cerita atau yang lainnya."
"Saya yakin, di Sumatera Barat banyak sekali orang hebat. Mungkin selama ini belum terpublikasi saja. Kebanyakan dari kita, jalan sendiri-sendiri. Buktinya, di luar Sumatera Barat banyak sekali nama orang-orang Minang yang diperhitungkan kiprahnya."
"Semakin hari, harus kita akui, semakin banyak anak muda yang tertarik pada bidang kreatif ini. Itu kelebihannya. Kelemahannya, iklim untuk bidang ini, menurut saya, di Sumatera Barat masing dingin. Tugas kita, memberi 'api' bersama-sama. Saya masih merasa sangat harus banyak belajar soal film. Sekarang, saya sedang bekerjasama dengan salah satu PH di Jakarta untuk sebuah novel saya yang diadaptasi ke layar lebar. Kapasitas saya, tetap sebagai penulis novel-nya."
Pada kesempatan wawancara ini, Boy Candra sempat menyampaikan harapannya, "Semoga semakin banyak ruang kreatif yang saling dukung, antara pekerja seni/pekerja kreatif yang kita tumbuhkan di kota ini. Untuk semua bidang kesenian/kreativitas yang sama-sama kita perjuangkan untuk membangun Minangkabau yang kita cintai ini. Saya percaya, semua orang yang tumbuh dan berkarya di sini adalah untuk membuat bangga negeri kita."
Sementara itu, Denni Meilizon, CEO and Founder Diatunes Management yang sempat ikut diskusi pra produksi film Tagah ini berpandangan, "Menggarap film merupakan relevansi dari aktivitas Boy Candra sebagai seorang penulis buku. Asrinaldi sebagai pegiat film, punya tugas untuk selalu menghadirkan iklim perfilman di daerahnya, karena ini jadi tugas bersama. Terlahirnya film Tagah adalah kemenangan mereka dalam berkreativitas, dengan mengangkat konten-konten lokal semoga saja dapat diterima oleh masyarakat daerah, nasional, dan mudah-mudahan juga internasional." (rls)
Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:
Berita Terkait
- PKD 2024 Berakhir, Audy Joinaldy: Promosi Budaya Diperlukan, Komunitas Seniman Butuh Dukungan Finansial
- Irsyad Safar: Event PKD Bisa Pengaruhi Gerakan Pelestarian Kebudayaan
- Pemprov Sumbar Pastikan Telah Libatkan Sanggar Darak Badarak di Belasan Kegiatan, Luhur: Dilakukan Profesional
- Ketika Seniman Pemberontak Dirangkul Pemerintahan Mahyeldi-Audy
- Dinobatkan jadi Ketua Matra Sumbar, Audy Joinaldy Dianugerahi Gelar Kanjeng Pangeran Aryo Suryo Negoro