Pendidikan Seks untuk Anak, Pentingkah?

*Mushallina Lathifa

Kamis, 03 Desember 2015 | Opini
Pendidikan Seks untuk Anak, Pentingkah?
Mushallina Lathifa - Pendamping Program Kesehatan Dompet Dhuafa Singgalang

Beliau secara jelas menentang adanya pendidikan kesehatan seksual di sekolah, karena di Ranah Minang hal tersebut tabu dan tidak layak dibicarakan. Berkali-kali pun saya tekankan, kondisi anak sekarang yang akhirnya pendidikan akan hal tersebut perlu diperhatikan.

Tapi tetap saja beliau keukeh dan berkata: "Kuncinyo ado di urang gaek, anak-anak yang bamasalah itu kan punyo urang gaek,, tanggung jawab tu paling gadang ado di keluarga, pendidikan pertamo ado di keluarga,, ndak usah dibaok ka sakolah,, di sakolah kan lah ado biologi, lah cukuik itu. Baru se di sabuik kato seks, awak yg lah tuo se masih tagak bulu kuduak wak,, apolai anak-anak".

Yap, saya mendapatkan poinnya, yang dikatakan bapak tersebut benar, inti pendidikan ada di keluarga. Saya sangat berharap orang tua di seluruh negeri ini seperti bapak tersebut. Akan tetapi, ada beberapa catatan mengapa pendidikan kesehatan seksual & reproduksi itu penting di sekolah adalah waktu anak lebih banyak di sekolah, mereka lebih terbuka dengan teman sebaya, dan lebih banyak berinteraksi dengan temannya, sedangkan di keluarga mereka tak ada tempat berkeluh kesah, karena kedua orang tua sibuk mencari nafkah.

Ditambah ketidak mampuan orang tua untuk menjelaskan informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi. Justru mereka canggung untuk membicarakan hal tersebut dengan anaknya sendiri, mereka tidak tahu bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak, sehingga tidak bisa menciptakan suasana terbuka dan nyaman. Bagaimana bisa mereka dijadikan tempat curhat anaknya sendiri?

Pendidikan seks bukan mengajarkan tentang bagaimana caranya bereproduksi.

Melainkan untuk mengajarkan anak bahwa ada bagian tubuh yang harus dijaga, mencakup bagaimana menjaga bagian tubuh tersebut, hingga apa akibatnya jika ia tidak menjaga atau memperlakukan sembarangan. Allah menciptakan senyawa kimia dalam tubuh untuk memproses kematangan bagian tubuh tersebut.

Jika menjelang kematangannya tiba (puber/baligh) orang tua tidak pernah mengajarkan anak tentang adab ini, anak dengan rasa penasaran yang tinggi akan mencari tahu dari manapun. Bayangkan, anak bisa mencari tahu dari temannya yang juga sama-sama tidak tahu, atau mencari tahu dari internet yang akan memberi semua informasi, termasuk yang tidak sesuai umur mereka bahkan yang membahayakan otak dan jiwa mereka.

Finally, kita ambil inti dari tulisan ini yaitu pendidikan pertama adalah pendidikan di keluarga, masalah kesehatan seksual dan reproduksi hendaknya juga diajarkan dalam keluarga, jika orang tua belum memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menjelaskan hal ini, maka dibutuhkan bantuan dari pihak kesehatan dan psikologi untuk menambah kapasitas orang tua dalam hal pengetahuan, kemampuan menjadi konselor bagi anak, dan menciptakan suasana nyaman. Akan tetapi yang tidak bisa diintervensi pihak lain adalah, keputusan orang tua untuk lebih memperhatikan dan meluangkan waktu untuk anaknya. (*)

Halaman:
1 2

*Pendamping Program Kesehatan Dompet Dhuafa Singgalang

Bagikan:
Ramdalel Bagindo Ibrahim

Mengobati Luka Galodo dengan Hati dan Kelola Pikir

Opini - 17 Mei 2024

Oleh: Ramdalel Bagindo Ibrahim

Dr dr Zuhrah Taufiqa MBiomed.

Tanggulangi Stunting dengan Edukasi Gizi dan PMT Pangan...

Opini - 03 Mei 2024

Oleh: Dr dr Zuhrah Taufiqa MBiomed

Dr. Rhandyka Rafli, Sp.Onk.Rad(K)

Kesenjangan Pelayanan Kanker: Tantangan dan Harapan

Opini - 01 Mei 2024

Oleh: Dr. Rhandyka Rafli, Sp.Onk.Rad(K)