Sungai masih Tempat MCK Favorit di Agam
VALORAnews - Dinas Kesehatan Agam, membantu masyarakat kurang mampu 1.300 jamban, melalui 23 Puskesmas yang ada di daerah itu. Bantuan ini merupakan program tahun 2017, untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
"Bantuan itu telah diserahkan dan ditargetkan selesai pada akhir 2017," kata Kepala Dinas Kesehatan Agam, dr Indra Rusli, di Lubukbasung, Rabu (19/4/2017).
Bantuan itu disalurkan karena, mengingat masih adanya masyarakat memanfaatkan aliran sungai untuk keperluan mandi cuci dan kakus (MCK). Dengan bantuan itu, pihaknya berharap pada 2019 nanti, tidak ada lagi masyarakat Agam yang praktek buang air besar di sungai, kolam-kolam ikan dan sembarang tempat, yang dapat mencemari lingkungan serta kualitas air di sekitarnya.
"Ini sesuai dengan target Kementerian Kesehatan," ujarnya.
Baca juga: Pjs Bupati Agam: Penguatan SDM harus Sejalan dengan Kebutuhan Era Digital
Menurut Indra, buang air besar di kolam-kolam ikan merupakan tradisi yang salah menurut peraturan kesehatan, karena tidak semua kotoran manusia dimakan ikan. Sebagian ada yang mengapung sehingga sarang kuman, virus, dan bakteri.
"Kalau buang air besar di sungai, tinja manusia akan hanyut dari hulu ke hilir sungai, sementara sungai digunakan masyarakat di pedesaan, untuk berbagai keperluan seperti mandi, mencuci dan masak," kata Indra.
Air sungai yang tercemar tinja, bisa menimbulkan berbagai penyakit, terutama penyakit kulit dan diare. Karena dalam tinja manusia terkandung empat mikroorganisme patogen, terdiri atas virus protozoa, cacing dan bakteri escherhicia coli (e-coli), yang dapat menularkan beragam penyakit jika masuk tubuh manusia.
Ia menambahkan, dalam satu gram tinja manusia mengandung satu miliar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu di bawah 10 derajat celcius.
Baca juga: Pjs Bupati Agam jadi Instruktur Olahraga Rabu Pagi, Ini Pesannya
Dijelaskan Indra, penyakit yang disebabkan sanitasi yang buruk, antara lain tifoid, polio, cacingan, dan diare. Penyakit tersebut berakibat pada banyaknya balita dan anak-anak yang menderita gizi buruk, sehingga kesehatan, dan pendidikan mereka terganggu. Penyakit itu juga merupakan penyebab tingginya tingkat kematian balita dan anak-anak.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Nagari Pagadih jadi Nominator 10 Terbaik ADWI Tahun 2024 Kategori Kelembagaan dan SDM
- Pokdarwis Sungai Batang Dilatih Pariwisata Ramah Muslim, Ini Harapan Pjs Bupati Agam
- 40 Pelaku Usaha Dibekali Pengetahuan tentang Pentingnya Kebersihan dalam Industri Pariwisata
- Nagari Pasia Laweh Miliki Museum Adat dan Kebudayaan, Ini Harapan Pjs Bupati
- Agam Usulkan Festival Rakik-rakik jadi Agenda KEN 2025