Padangpanjang Kota Wisata Masa Kini

Minggu, 20 November 2016, 20:09 WIB | News | Kota Padang Panjang
Padangpanjang Kota Wisata Masa Kini
Gerbang kota jelang memasuki pusat kota Padangpanjang di kawasan Silaing. (humas)
VISI MISI CALON GUBERNUR SUMBAR PILKADA SERENTAK 2024

Di bagian utara dan agak ke barat Padangpanjang, berjejer tiga gunung: Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat yang menjulang.

Kota ini punya banyak julukan. Selain kota hujan, masyarakat Padangpanjang sangat bahagia dengan sebutan Kota Serambi Mekkah. Pada masa lalu, Belanda menyebut Padang Panjang dengan Egypte van Andalas (Mesir di Tanah Sumatera).

Disebut Kota Pendidikan karena banyaknya institusi pendidikan dan sejarah panjang bagaimana kota ini memerankan peran pendidikan sejak masa lalu. Sebelum zaman penjajahan, Padangpanjang merupakan bagian dari wilayah Tuan Gadang di Batipuh, pada masa Perang Padri kawasan ini diminta Belanda sebagai salah satu pos pertahanan sekaligus batu loncatan untuk menundukan kaum putih, yang masih menguasai kawasan Luhak Agam.

Baca juga: 40 Pelaku Usaha Dibekali Pengetahuan tentang Pentingnya Kebersihan dalam Industri Pariwisata

Selanjutnya, Belanda membuka jalur jalan baru dari kota ini menuju Kota Padang, karena lebih mudah dibandingkan melalui kawasan Kubung XIII di Kabupaten Solok sekarang.

Sejak zaman kolonilal pula, Padangpanjang memainkan peran penting sebagai tempat persinggahan dan jadi simpul 3 kota utama di pulau emas tersebut yakni Medan, Padang dan Pekanbaru. Tak heran, banyak tokoh-tokoh Sumatera Barat di masa itu, mempunyai irisan penting dengan Padangpanjang yang juga jadi tujuan pendidikan di masa lalu. Mulai dari Sutan Sjahrir, Hamka, AA Navis, Adam BB, Huriah Adam dan masih banyak lagi.

"Saya tak ingat satu persatu. Di sinilah berdiri sekolah agama modern pertama di Indonesia, yakni Diniyah School dan Diniyah Putri, juga Yayasan Pendidikan Thawalib tempat Hamka pernah menuntut ilmu," kata Hananto menulis.

Melukiskan rasa kagum kepada Padangpanjang, Akhyari Hananto menyebut, "Di Padangpanjang-lah setting cerita fenomenal Tenggelamnya Kapal van Der Wick. Salah satu cerita lain yang sangat saya sukai sampai saat ini: Robohnya Surau Kami, juga tak jauh dari Padangpanjang."

Dia juga mengatakan dengan jujur, di Padangpanjang saya diterima sebagai keluarga, dan saya begitu merasa terhormat bisa bertemu dengan orang-orang hebat yang begitu mencintai kotanya. "Mereka mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan kota kecil yang indah ini," tulisnya.

Tentu pula, tidak hanya Akhari Hananto, siapa pun jika berkunjung ke Padangpanjang, akan dijadikan saudara oleh warganya. (rls/bri)

Halaman:
1 2

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan:
IKLAN NOMOR URUT CALON WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA PADANG 2024