Pasangan Tuna Wicara Nafkahi 4 Anak
VALORAnews---Pukul 03.45 WIB, Tim Singgah Sahur (TSS) Pemko Padang membelah keheningan menyasar kawasan mentereng, Perumahan Filano I di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah, Kecamatan Padang Timur, Sabtu (11/6/2016) dini hari.
Iring-iringan mobil berpelat merah memasuki blok demi blok perumahan yang kelihatannya ditempati orang-orang berada. Sekilas menafikan pikiran, jika di kawasan ini tidak mungkin bermukim warga yang tidak mampu dan pantas diberikan bantuan. Namun siapa nyana, ketika rombongan tim tiba di sebuah sudut perumahan itu, terdapat pemandangan yang terbalik dengan kondisi sekelilingnya.
Yaitu didapati sebuah rumah dari papan seadanya, beratapkan seng yang sudah berkarat dan berukuran sekira 6x7 meter, berbeda jauh dengan rumah sekelilingnya. Seolah pemiliknya berbeda kasta di lingkungan mapan tersebut.
Rombongan yang dipimpin Walikota Padang Mahyeldi turun dari mobil dinasnya, lalu mengetuk pintu rumah. Setelah beberapa kali mengetuk dan mengucapkan salam, pintu dibuka pemiliknya. Dari dalam rumah keluar pria tigapuluhan menyambut salam dengan ucapan yang tidak lazim. Namun sang Walikota dan sebagian lainnya langsung memahami jika pria itu mempunyai keterbatasan berbicara.
Baca juga: Mahen Sahur Bersama Beralaskan Tikar di Kediaman Janda Enam Anak
Selang beberapa lama muncul wanita muda sambil menggendong anak. Wanita itu tidak lain istrinya. Ia juga menyambut dengan salam dalam bahasa isyarat. Ternyata suami istri itu memang sama-sama mempunyai keterbatasan berbicara alias tuna wicara.
Meskipun sempat terkejut dan terlihat masih dilanda kantuk, namun pasangan tersebut menyambut hangat TSS Pemko Padang. Mempersilahkan masuk dan mempersiapkan tempat duduk di atas lantai semen beralaskan tikar.
Setelah duduk di atas tikar yang kelihatannya sudah lusuh, Walikota mencoba berkomunikasi dengan tuan rumah dalam bahasa isyarat yang kadangkala diterjemahkan oleh yang lain.
Pasangan dikarunia empat anak ini bernama Afrizal dan sang istri Marweti. Rumah yang mereka tempati dibangun di atas lahan peninggalan orang tuanya. Sudah belasan tahun rumah ini mereka tempati. Kondisinya memprihatinkan. Selain sempit, rumah ini tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan karena bolong-bolong dan bocor ketika hujan.
Baca juga: Mahyeldi: Maizarlis Wanita Tangguh
Dalam bahasa isyarat, Afrizal mengaku tidak punya cukup uang untuk membangun rumah yang permanen. Ia cuma bekerja sebagai buruh di pelabuhan perikanan Gaung, sementara istrinya menerima upah mencuci dari beberapa tetangga. Hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Belum termasuk memenuhi biaya sekolah anak-anaknya dan untuk membeli susu anaknya yang masih kecil.
Penulis:
Editor: Fanny Komala Sari
Sumber:
Berita Terkait
- Debat Pamungkas Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang Berlangsung 3,5 Jam
- Reses Dapil Masa Sidang I ke Kecamatan Nanggalo, Evi Yandri Terima 30 Aspirasi Warga
- LUTD PLN, Wujudkan Mimpi Asmanidar 'Bertemu' Prabowo-Gibran
- Debat Pilkada Padang 2024, Cawakonya Lulusan Luar Negeri, Panelisnya Dosen dan Akuntan
- Kombes Ferry Harahap Wisuda Gelar Doktor Administrasi Publik, Ini Harapan Plt Gubernur Sumbar