Pendangkalan Muaro Surantih Makin Parah, 14 Kapal Nelayan Terkurung
VALORAnews -- Kawasan Muaro Surantih di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, mengalami pendangkalan cukup parah. Pendangkalan ini berakibat pada kapal nelayan yang tidak dapat melaut. Puluhan pemilik kapal berharap, normalisasi dapat dilakukan pemerintah.
"Pendangkalan terjadi sejak beberapa tahun belakangan. Untuk pergi melaut, kami terpaksa menunggu waktu pasang naik, agar bisa membawa kapal sedikit lebih leluasa ke laut bebas. Tidak jarang, keberangkatan melaut terganggu selama berminggu-minggu," ungkap Ketua Kelompok Nelayan, Harapan Jaya Bagan Sutera, Ramadhan, beberapa saat lalu.
Kelompok ini beranggotakan nelayan dengan jumlah kapal mencapai 74 unit. "Pengurus telah mengusulkan ke pemerintah melalui DPRD, baik yang di daerah sampai ke pusat. Namun sejauh ini belum ditanggapi," aku Ramadhan. "Sebagian anggota kami, bahkan sejak Ramadhan 1436 H lalu, kapalnya tak kunjung bisa melaut akibat pendangkalan ini," tambahnya.
Diungkapkan Ramadhan, dampak pendangkalan ini juga telah mengakibatkan sedikitnya tiga unit kapal nelayan pecah di Muara Surantih ini. Lambung kapal jadi pecah karena bergesekan dengan karang di muara yang dangkal itu.
Baca juga: PILKADA 2024, BAWASLU: Awasi Ketat Distribusi Surat C Pemberitahuan ke Pemilih
"Saat ini, ada 14 unit kapal nelayan yang terkurung di Muaro Surantiah, akibat pendangkalan ini. Sebagian kapal yang telah berhasil dibawa keluar kawasan muaro, akhirnya kini ditambahkan di Muara Batang Kapas. Di sini, nelayan bisa melaut kapan saja sesuai jadwal yang telah diatur bersama," tambah Ramadhan.
Sembari menunjuk kawasan yang dangkal, dia bercerita, pendangkalan terjadi di sekitar susunan batu grib. Kedalaman air di titik itu hanya sedalam pinggang orang dewasa. Tak jarang, hanya sebatas lutut orang dewasa saja. "Kondisi makin diperburuk, aliran muara yang tidak lurus lagi. Di bibir pantai, muara sengaja dibentuk seperti huruf L, saat ada pembangunan grib dulu," nilai Ramadhan.
Batu grib ini, ungkap Ramadhan, memang dikerjakan pemerintah dengan tujuan sebagai pemecah ombak. Di waktu bersamaan, juga terdapat pembangunan tebing untuk mengantisipasi pengikisan (abrasi). "Muaranya jadi melengkung. Saat pasang, pasir terbawa dan tidak balik lagi ke laut. Tebingnya juga runtuh, makanya kawasan muara ini makin dangkal saja," katanya.
Engki, pemilik kapal lainnya mengaku, terpaksa memarkir kapal di kecamatan tetangga, Muara Surantih. Kalau pun dipaksakan berangkat melaut dari Muara Batang Kapas, kapal bisa rusak.
Baca juga: PILKADA PESSEL 2024: Cawabup Nasta Oktavian Dilaporkan ke Polisi dan Bawaslu
"Pendangkalan tidak hanya dipicu oleh muara yang tidak lurus. Tebing-tebing pun terlihat telah runtuh. Bahkan, muara yang awalnya seluas 50 meter, kini tersisa belasan meter saja. Pasir-pasir juga terjun ke muara dan mengendap di sana setiap pasang naik," tambahnya. (lek)
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Mahyeldi Perintahkan Cabdin Gelar Turnamen Sepak Bola, Juara I Diikutkan Piala Gubernur di Tahun 2024
- KEMPO: Atlet Pessel Sabet 6 Medali di Kejurda Walikota Cup Solok
- KEMPO: 20 Kensi Pessel Siap Bertarung di Kejurda Shorinji Walikota Cup Solok
- Kejurnas Dayung 2022: Siti Hasanah Sabet Posisi 3 Kelas Rowing 2.000 Meter
- Golkar Pessel Bergerak Bersama Masyarakat di Acara Jalan Santai
Pjs Bupati Agam jadi Instruktur Olahraga Rabu Pagi, Ini Pesannya
Olahraga - 20 November 2024
Ribuan Warga Padang Ikuti Senam Golkar Bersatu di GOR Agus Salim
Olahraga - 16 November 2024
Sumbar Kirim 170 Anggota Ikuti Pra-Popnas, Ini Pesan Audy Joinaldy
Olahraga - 10 November 2024