Analisis TPID Maret 2018: Kenaikan Harga Pertalite dan Solar Non Subsidi Picu Inflasi di Sumbar
VALORAnews - Tekanan inflasi Sumatera Barat kembali meningkat pada Maret 2018. Pascamenabung deflasi sebesar 0,10% (mtm) pada Februari 2018, laju Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Barat kembali mencatat inflasi sebesar 0,31% (mtm) pada Maret 2018.
"Secara tahunan, pergerakan harga pada Maret 2018 tercatat sebesar 2,33% (yoy) atau naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,03% (yoy)," terang Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah Sumbar, Endy Dwi Tjahjono dalam siaran pers yang diterima, Selasa (3/4/2018).
Diterangkan Endy, realisasi inflasi bulanan pada Maret 2018 ini, menempatkan Sumatera Barat sebagai provinsi tertinggi ke-6 (enam) di Sumatera dan tertinggi ke-14 (empat belas) dari 29 provinsi yang mengalami inflasi di seluruh Indonesia.
Sementara itu, dua kota sampling inflasi yakni Padang dan Bukittinggi mengalami inflasi bulanan dengan laju masing-masing sebesar 0,31% (mtm) dan 0,28% (mtm). Kota Padang menduduki urutan ke-10 dari seluruh kota yang mengalami inflasi di Sumatera dan urutan ke-22 (dua puluh dua) secara nasional. Sedangkan Kota Bukittinggi, menduduki posisi 12 dari seluruh kota yang mengalami inflasi di Sumatera dan posisi ke 26 secara nasional.
Baca juga: Dharmasraya Alami Deflasi Periode Oktober 2024
"Tekanan inflasi Maret 2018 berasal dari kenaikan semua kelompok disagregasi, dengan inflasi tertinggi berasal dari bahan pangan bergejolak (volatile food)," tukasnya.
Laju perkembangan harga kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 0,37% (mtm) pada Maret 2018, atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,87% (mtm). Secara lebih rinci, inflasi kelompok ini terutama berasal dari cabai merah dan jengkol dengan andil masing-masing sebesar 0,06% (mtm) dan 0,02% (mtm).
"Curah hujan yang cukup tinggi di daerah pemasok memengaruhi hasil panen sehingga berdampak pada pasokan cabai merah di pasar. Sementara itu, naiknya harga jengkol terjadi karena terbatasnya pasokan dari petani di pasar tradisional," terang dia seputar penyebab inflasi di cabai merah dan jengkol itu.
Sementara, pada Maret 2018 kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 0,29% (mtm) atau naik dibandingkan realisasi Februari yang mencatat deflasi 0,08% (mtm). Ditinjau dari komoditasnya, tekanan inflasi kelompok ini berasal dari kenaikan harga bensin dan rokok putih yang memberikan andil sebesar 0,05% (mtm) dan 0,02% (mtm) dari keseluruhan inflasi Sumatera Barat.
Baca juga: Inflasi Tinggi Kerap Melanda, Bulog Sumbar Bangun Sinergisitas dengan TPID Pasbar
Kenaikan harga komoditas bensin terjadi seiring dengan kebijakan pemerintah untuk menaikan harga BBM non subsidi khususnya Pertalite dan Solar non subsidi per 24 Maret 2018. Sementara itu, naiknya harga rokok putih disebabkan oleh penyesuaian harga gradual yang dilakukan oleh penjual/pengusaha untuk mengakomodasi kenaikan tarif cukai rokok 2018.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Mahyeldi Apresiasi 237 Beasiswa yang Disiapkan Pengurus FYBI Sumbar
- Ribuan Warga Padang Ikuti Senam Golkar Bersatu di GOR Agus Salim
- Sumbar Kirim 170 Anggota Ikuti Pra-Popnas, Ini Pesan Audy Joinaldy
- BPKH Hajj Run 2024 Diikuti Peserta dari Berbagai Provinsi di Indonesia
- Ketua Perwosi Sumbar Beri Penghargaan Khusus untuk Atlet dan Pelatih Wanita Berprestasi di PON dan Peparnas 2024
Mahyeldi Apresiasi 237 Beasiswa yang Disiapkan Pengurus FYBI Sumbar
Olahraga - 26 November 2024
Pjs Bupati Agam jadi Instruktur Olahraga Rabu Pagi, Ini Pesannya
Olahraga - 20 November 2024
Ribuan Warga Padang Ikuti Senam Golkar Bersatu di GOR Agus Salim
Olahraga - 16 November 2024