Tindakan Kejam pada Hewan dan Refleksi Pendidikan Usia Dini
*Yosi Molina M.Psi, Psikolog*
Dalam menghadapi kasus seperti ini, penting untuk mencari cara untuk membangkitkan kembali "raso pareso" di generasi muda Minangkabau.
Pendidikan tentang budaya dan nilai-nilai Minangkabau harus disempurnakan sehingga mencakup aspek emosi (afektif) dan perilaku (konatif).
Ini berarti tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga mengembangkan empati, pertimbangan etika, dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya.
Sebagai seorang Psikolog Klinis Anak, saya melihat bahwa kasus ini terkait dengan pendidikan usia dini dalam dua dekade terakhir yang lebih menekankan pada stimulasi kognitif, seperti belajar membaca, menulis dan berhitung.
Fase Pendidikan Usia Dini seharusnya lebih berfokus pada pengembangan aspek "rasa," yang dalam hal ini mengacu pada perasaan, emosi atau penilaian subjektif seseorang terhadap sesuatu.
Sebagai contoh, seseorang bisa merasakan kebahagiaan, cinta, kemarahan, atau ketakutan, yang semuanya merupakan perasaan atau emosi yang berbeda.
Namun, kurangnya pemahaman dalam pengasuhan oleh orangtua dan kurikulum lembaga pendidikan yang memberikan stimulasi yang tidak sesuai dengan usia anak akhirnya dapat mengganggu perkembangan intra personal anak tersebut, bahkan hingga dewasa.
***
Kasus mencekoki kucing dengan miras di Padang adalah cerminan tragis dari hilangnya "raso pareso" di kalangan generasi muda Minangkabau.
Faktor psikologis seperti kurangnya empati dan dorongan untuk mencari perhatian berperan dalam tindakan kejam ini.
Dalam menghadapi tantangan ini, masyarakat Minangkabau harus bersatu untuk memastikan bahwa pendidikan budaya yang holistik memainkan peran penting dalam membentuk moral dan etika generasi muda.
*Psikolog Klinis Anak
Opini Terkait
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi