Taliban Kuasai Afganistan, Ini Analisis Ketua JMSI
JAKARTA (16/9/2021) - Sebulan telah berlalu sejak Taliban memasuki Kabul dan menguasai Afghanistan. Walau keberhasilan Taliban menggusur pemerintahan Ashraf Ghani masih dipandang sebagai misteri, namun tanda-tanda ke arah itu sudah tercium setidaknya sejak 2018 lalu.
Kericuhan dalam pemilihan anggota parlemen di tahun 2018 berdampak pada pilpres 2019. Walau kembali memenangkan pemilihan presiden, namun perolehan suara Ashraf sangat sedikit.
Demikian dikatakan pengamat internasional dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Teguh Santosa ketika berbicara dalam "Diplomatic Forum" yang digelar Voice of Indonesia RRI di Jakarta Pusat, Kamis pagi.
Diskusi yang bertema "New Geopolitical Map After Taliban's Return to Power" itu juga dihadiri Wakil Dubes Pakistan, Muhammad Faisal Fayyaz dan Ahli Muda Sub Koordinator Asia Selatan dan Tengah Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan, Wisnu Widyantoro.
Baca juga: JMSI Sumut Gelar Diskusi Media Siber, Edy Rahmayadi: Pers itu Jujur, Berani, Tulus dan Ikhlas
Teguh mengatakan, kohesivitas sosial di Afghanistan bermasalah sejak lama. Fragmentasi elit dalam beberapa tahun terakhir juga semakin menjadi.
"Banyak pihak terkejut melihat peristiwa 15 Agustus (Taliban menguasai Kabul). Tapi dari observasi saya, (keruntuhan pemerintahan Ghani) sudah dimulai sejak Pemilu 2018 dan Pilpres 2019," ujar Teguh Santosa yang juga Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).
Teguh menambahkan, gagasan negara-bangsa Afghanistan semakin sulit diwujudkan, karena negara itu dikelilingi sejumlah negara yang memiliki kepentingan tersendiri terhadap Afghanistan.
Terkait dengan betapa rapuhnya pemerintahan periode kedua Ashraf Ghani, dapat dilihat dari kenyataan bahwa hanya sekitar 1,6 juta dari 9,7 juta pemilih yang menggunakan hak suara dalam pilpres 2019. Pilpres itu diikuti oleh 18 calon presiden.
Baca juga: JMSI Luncurkan Sertifikat dan Barcode bagi Anggota, Ini Tujuannya
Pemerintahan Ghani yang rapuh bertemu dengan faktor eksternal berupa keputusan Presiden AS Joe Biden menarik semua pasukan dari Afghanistan. Hal ini merupakan pelaksanaan dari janji yang disampaikannya dalam kampanye pilpres.
Penulis:
Editor:
Sumber:
Berita Terkait
- Bupati Pelalawan Diusulkan jadi Penerima PJS Award 2024, Ini Kata Mahmud Marhaba
- Menteri PANRB Berlakukan WFH Tanggal 16 dan 17 April 2024, Ini Ketentuannya
- DPP PJS Bahas Pelaksanaan HUT, Tiga Agenda Besar Dimatangkan
- UPN Veteran akan Gelar UKW Gratis di 5 Provinsi, Ini Link Pendaftarannya
- Ini Link dan Cara Memeriksa Hasil Penghitungan Real Count KPU