Malin Kundang dan Hal-hal di Balik Kematian Kritik
*Muhammad Fadli
Seringkali, klaim disampaikan dengan berapi-api, bahkan sebagiannya dengan agitasi berlebihan. Semua supaya orang yakin. Tak cukup dengan kata, tentu perlu dengan akting.
Bahwa ia telah membangun jembatan, jalan, sekolah, apa saja. Ia ingin orang tahu itu.
Seakan media tidak cukup untuk memberitakan. Tapi, media yang kredibel, memang tidak akan memberitakan klaim.
Karena memang tidak ada kesaksian dari masayrakat yang merasakan apa yang di diakui sang pemimpin sebagai buah kerjanya.
Maka singkat kata, bisa dipastikan apabila seorang pemimpin suka melakukan klaim, tapi tidak mempublishnya secara resmi di media resmi, ucapan itu adalah kebohongan belaka.
Hukumnya sangat sederhana; inverbal poilan scripta manen (yang terucap terbawa angin, yang tertulis akan abadi).
Berani mem-publish secara resmi di media resmi, lewat laporan pertanggung jawaban resmi, lewat baliho yang berlogo pemerintah sebagai tanda kalau baliho itu resmi, itu baru laporan namanya.
Laporan pun belum cukup. Harus ditelurusri kembali faktanya, untuk memastikan laporan itu valid sifatnya.
Kalau ota lapau saja, tidak lebih dari sekadar klaim sahaja. Sekali lagi, itu bohong!
Belakangan, di kampung kita, Sumatera Barat ini, ada pula tradisi baru bagi pemimpin yang suka mengklaim. Memvalidasi klaim itu dengan penghargaan.
Ya, penghargaan seakan-akan benar-benar jadi validitas keberhasilan kerja seorang pemimpin saat ini.
*Aktivis Kesenian
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi