Media Telah jadi Alat Perang, Idham Kholik: Perkuat Idealisme Pers untuk Tinggalkan Era Post Truth

Minggu, 05 Juni 2022, 13:18 WIB | News | Nasional
Media Telah jadi Alat Perang, Idham Kholik: Perkuat Idealisme Pers untuk Tinggalkan Era...
Komisioner KPU RI, Idham Kholik, Teguh Santosa (ketum JMSI), Hary Efendi Iskanar (PSH Unand) dan Jen Zuldi (moderator) foto bersama usai penyerahan plakat saat seminar nasional yang digagas JMSI Sumbar di Convention Hall Pemprov Sumatera Barat di Jl Raya

"Kita tentu tak menginginkan era post truth ini terus berlanjut. KPU di momentum Pemilu 2024 ini, harus mengambil peran agar kehidupan berdemokrasi kita semakin baik," harap Hary.

Pers jadi Alat Perang

Sementara, Teguh Santosa menyatakan, saat ini media massa telah dijadikan alat perang paling canggih yang pernah ada. Dia bisa mengalahkan fungsi berbagai peralatan perang tercanggih yang pernah ada.

Baca juga: Relawan Anies-Muhaimin Menjamur di Sumbar, Partai Pengusung Optimistis Raup 80 Persen Suara

"Produk media massa, bisa mempengaruhi kepercayaan publik tanpa harus mencederai. Ini sangat berbahaya seperti halnya kejadian glasnost dan perestroika yang jadi salah satu alasan di balik keruntuhan Uni Soviet," ungkap Teguh Santosa.

Dikesempatan itu, Teguh juga mengajak praktisi media untuk tak sekadar mengejar click bite. Data 2017 lalu, ungkap Teguh, ada lebih dari 43 ribu media online yang mendiseminasi informasi di ruang publik pascareformasi 1998.

"JMSI sebagai salah satu konstituen Dewan Pers, berkomitmen untuk mewujudkan ekosistem pers yang sehat. Mewujudkan itu, JMSI membutuhkan kerjasama seluruh stake holder agar harapan itu bisa terwujud," terangnya.

"Masyarakat pers sendiri, juga berkomitmen kuat mewujudkan ekosistem pers yang sehat ini. Salah satu perwujudannya, dilakukannya uji kompetensi wartawan dengan tiga tingkatan. Kompetensi muda, madya dan utama," tambah Teguh.

Aneka perbaikan yang dilakukan masyarakat pers ini, ungkap Teguh, demi menjaga marwah pers agar tak terseret dalam pusaran post truth. "Kabar bohong yang terus diproduksi secara terus menerus, akan membuat publik jadi percaya. Masyarakat pers tentu tak menginginkan ini, karena juga bisa berpotensi membunuh bangsa sendiri," tegasnya.

Menurut Teguh, masyarakat pers juga harus terus melakukan literasi pada publik, tentang mana yang substansi informasi (bersumber dari industri media massa) dan mana kabar yang tersiar melalui platform digital (sosial media).

"Post truth itu lahir dari kegamangan masyarakat yang terpengaruh dengan informasi yang tersebar melalui platform digital. Kemudian, penggunanya juga melonjak drastis dimana platform digital juga menyiarkan informasi yang disampaikan media massa," tegas teguh.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan: