Dibutuhkan, Masjid Ramah Anak
*Bendri Jaisyurrahman
Sudah bukan menjadi rahasia lagi betapa kadang anak-anak kehadirannya tidak begitu diharapkan di dalam masjid. Anak-anak dianggap pengganggu kekhusyukan dalam beribadah. Sehingga bahkan ada masjid yang secara terang-teranganan menulis larangan anak masuk masjid.
Bahkan ada orang dewasa yang tidak segan-segan menghardik dan mengancam mereka jika bermain dan bercanda. Masjid pun menjadi tempat menyeramkan. Imbasnya, anak-anak pun akan mencari tempat alternatif hiburan. Pilihannya adalah playstation dan game online. Permainannya menyenangkan dan penjaganya pun menyambut ramah.
Akhirnya pihak masjid pun susah mencari kader remaja masjid. Banyak remaja yang menolak, sebab waktu kecil selalu dimusuhi saat di berada masjid.
Sifat Allah yang Maha Rahman tak muncul dalam perilaku sebagian pengurus masjid yang galak dan suka bentak anak saat di masjid. Akibatnya anak-anak lebih mengenal Allah yang Mahakeras Siksa-Nya dibandingkan Maha RahimNya. Sebab mereka banyak dihukum dan dimarahi jika bermain-main di masjid.
Pun jika ada anak yang sungguh-sungguh beribadah. Ternyata banyak dari mereka yang dianggap tak layak berada di shaf depan. Padahal mereka datang sejak awal. Padahal hak ada di shaf depan adalah yang datang duluan, bukan berdasarkan usia.
Kadang saat sholat jumat pun, khatib lupa menyapa anak-anak. Lebih fokus kepada jamaah dewasa. Anak-anak dianggap warga kelas dua.
Masjid sebagai pusat display agama, seharusnya menjadi tempat untuk mengajarkan hakikat Islam sesungguhnya : kasih sayang dan keramahan.
Tidak berminatnya remaja saat ini terhadap Islam, sebagian besar karena trauma di masa kecil akan tampilan Islam khususnya di masjid. Masjid kalah bersaing dengan mall, warnet dan tempat permainan lain dimana penjaganya ramah dan murah senyum.
Banyak jamaah berebut menjalankan sunah di masjid. Tapi lupa akan sunah yang lain, yang juga diajarkan rasul: memuliakan (meyayangi) anak-anak.
Sungguh indah saat Rasul membawa cucunya, Umamah dan Husain ke masjid. Digembirakan mereka dengan digendong seraya bermain di masjid. Demi memuaskan Husain bermain di masjid, Rasul memanjangkan (melamakan) sujudnya agar ia puas menungganginya seperti kuda. Tak memarahinya. Saat itu para sahabat menduga lamanya sujud akibat datangnya wahyu. Mereka salah. Rasul menyengajakannya supaya anak-anak puas bermain di masjid.
Kisah-kisah Rasul yang memuliakan anak di masjid mungkin jarang terdengar/sengaja dilupakan sebagian orang. Padahal mereka mengaku pencinta rasul.
*Dai dan Aktivis @sahabatAYAH
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi