Manusia dan Allah
*Dr Emeraldy Chatra
Wacana energi yang ditransmisikan kepada manusia tidak boleh dipisahkan dari wacana ‘server Allah.’
Ruh atau energi listrik hanya untuk menghidupkan jasad manusia. Setelah listrik dimatikan, dan manusia wafat, selesailah segalanya.
Tapi jangan lupa, selama hidup kita terkoneksi kepada ‘server Allah’, komputer super yang mencatat apa saja tentang diri kita.
Di sana, tersimpan seluruh data tentang diri kita, baik fisik maupun perbuatan kita. Jadi, bagaimana bentuk hidung, warna kulit, komposisi mineral dalam tubuh, bahkan gunjingan kita, semua tercatat dengan sangat detil.
Kelak, kita akan dibangun kembali atas data yang ada di ‘server Allah.’ Tentu saja akan menjadi wujud yang sama persis dengan yang pernah ada di dunia.
Ruh atau listrik pun ditransmisikan kembali. Kita pun hidup lagi, tapi dalam suasana yang berbeda.
Kelak, kita tidak akan merasakan diri kita berbeda dengan yang kita rasakan sekarang. Kepatuhan dan kekafiran kita terasa seperti sekarang juga.
Ingatan kita tentang kekasih, istri, suami atau kekasih gelap sama saja. Sebab kita dibangun atas dasar data yang sama.
Bedanya, selama di dunia yang fana ini, kita tidak begitu takut kepada azab Allah. Tapi kelak, setelah dibangkitkan kembali, kita merasa ketakutan setengah mati karena waktu tobat sudah tertutup.
Iman dalam Ontologi
Sains yang kita kenal sekarang, jelas-jelas produk dari sebuah perlawanan terhadap doktrin agama. Teori heliosentris dikedepankan oleh para ilmuwan mempunyai metanarasi melawan otoritas gereja.
*Dosen FISIP Unand
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi