Perangkap Utang
*Dr Emeraldy Chatra
BERUTANG memang cara mudah mendapatkan uang dalam jumlah banyak. Cepat pula.
Orang lebih memilih berutang dibanding menabung karena akumulasi dana tabungan itu butuh waktu panjang. Berutang jadi pilihan praktis, apalagi ketika tawaran untuk berutang datang dari kiri dan kanan.
Kini berutang menjadi gaya hidup. Tanda berkemajuan. Kalau di dompet tidak ada kartu kredit tandanya masih jadul. Tidak ikut arus kemajuan.
Kartu kredit menjadi penanda atau identitas orang-orang yang melek dunia perbankan. Orang berkemajuan musti punya akses ke lembaga perbankan.
Padahal kartu kredit sejatinya adalah alat bayar belakangan atau berutang.
Mengapa berutang dikampanyekan dan dimasyarakatkan? Budaya berutang tidak muncul sebagai buah kecerdasan masyarakat. Ia dirancang oleh sekelompok orang yang hidup dari perdagangan uang.
Ide itu kemudian dipasarkan, dikampanyekan terus menerus melalui berbagai media. Korbannya adalah orang-orang yang tidak punya kesabaran dalam mengakumulasikan kapital.
Melalui kebiasaan berutang para pedagang uang dapat mengeruk kelebihan bayar (rente atau riba) yang sangat banyak. Makin banyak orang berutang, makin banyak riba yang dapat diperoleh.
Tanpa ada orang berutang, para rentenir tidak dapat menarik bunga. Utang adalah syarat utama pengerukan riba dan menjadi bagian dari sistem ekonomi ribawi.
Oleh sebab itu jangan heran kalau sekarang banyak sekali tawaran kredit yang menggiurkan: tanpa agunan, bunga rendah, pelayanan prima, bonus-bonus, voucher, asuransi, dan lainnya.
Utang tidak sekadar menawarkan kemudahan. Sekarang dipoles lagi, menawarkan kenikmatan, dan gengsi. Dengan berutang anda mudah dapat punya mobil baru, rumah mentereng, pelayanan berkelas, dll. Tapi banyak orang tidak menyadari banyaknya bahaya dibalik kebiasaan berutang.
*Dosen FISIP Unand
Opini Terkait
Tanggulangi Stunting dengan Edukasi Gizi dan PMT Pangan...
Opini - 03 Mei 2024
Oleh: Dr dr Zuhrah Taufiqa MBiomed
Kesenjangan Pelayanan Kanker: Tantangan dan Harapan
Opini - 01 Mei 2024
Oleh: Dr. Rhandyka Rafli, Sp.Onk.Rad(K)
Fenomena Politik Keluarga dan Tantangan Demokrasi Kita
Opini - 08 Maret 2024
Oleh: Dr Hary Efendi Iskandar