Perangkap Utang
*Dr Emeraldy Chatra
Kenikmatan berutang sebenarnya tidak lama. Ketika jatuh tempo orang akan merasakan tekanan yang sangat kuat karena gagal bayar itu beresiko.
Ketakutan mobil, sepeda motor atau rumah disita menyita energi pengutang sepanjang hari. Gagal bayar menimbulkan stres bahkan depresi.
Di Inggris tindakan bunuh diri muncul dalam pikiran 50% orang yang berutang. (http://www.debtsupporttrust.org.uk/debt-advice/debt-and-suicide).
Ketika Wall Street mengalami crash tahun 1929 banyak orang yang mendadak mengalami kesulitan ekonomi dan depresi memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka. (https://www.creditcards.com/credit-card-news/debt-depression-and-suicide-1264.php).
"Ketika seseorang menderita depresi, otak mereka tidak berpikir logis atau rasional, sehingga mereka tidak dapat mempertimbangkan pilihan. Mereka tidak dapat menemukan sumber daya. Mereka tidak dapat bangun dari tempat tidur apalagi membuat panggilan telepon. Mereka tidak bisa mengurus diri mereka sendiri; depresi benar-benar mengambil alih hidup mereka," kata Daniel J. Reidenberg, seorang psikolog dan direktur eksekutif Suicide Awareness Voices of Education (SAVE).
Beban utang yang bertumpuk dan ketakutan akan menerima resiko gagal bayar mudah mengantarkan orang pada situasi depresi seperti itu.
Menjadikan berutang sebagai gaya hidup, hemat saya, adalah upaya penyesatan yang ujungnya mengekeploitasi manusia. Para rentenir mengambil untung besar dari impian-impian hidup serba mudah dari orang-orang yang tidak punya kesabaran.
Mereka tidak peduli berapa banyak akhirnya orang mengalami depresi bahkan bunuh diri karena terjebak dalam utang yang tidak mampu mereka bayar.
Gaya hidup kekinian yang ditawarkan melalui utang hanyalah umpan. Siapa yang termakan umpan, kemudian masuk ke dalam perangkap utang dengan sendirinya akan jadi santapan para rentenir, para pemakan riba.
Utang adalah racun. Racun kehidupan. Tapi para rentenir membalut racun itu dengan salut yang dirasakan manis oleh para pengutang.
Mereka juga dicitrakan sebagai orang yang dapat dipercaya. Atas kepercayaan itulah rentenir bersedia memberi mereka utang. Mereka tidak menyadari pada waktunya mereka akan kolaps digerogoti oleh racun utang itu.
*Dosen FISIP Unand
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi