Fast Fashion: Gaya Hidup yang Merusak Bumi
*Fauziah Nur
Industri fast fashion juga menjadi penyebab menurunnya jumlah populasi hewan darat, karena mereka memanfaatkan bagian dari tubuh hewan sebagai bahan baku seperti kulit, bulu, dan sisik pada sapi, ular, buaya, domba, beruang dan hewan darat lainnya.
Bagian tubuh dari hewan tersebut digunakan dalam jangka waktu yang singkat secara terus menerus. Sehingga dengan adanya fenomena ini akan memunculkan masalah baru yang menjadi akibat terancamnya biodiversitas yang terdapat di alam.
Dikhawatirkan sumber daya alam dan biodiversitas di Indonesia akan semakin kritis setiap harinya.
Dalam industry fashion juga kerap digunakan pewarna tekstil bahan kimia berbahaya yang memengaruhi kesehatan manusia. Tidak sedikit industry fashion yang mempekerjakan karyawan tanpa menggunakan pelindung sehingga memungkinkan menimbulkan iritasi kulit, keracunan, gangguan jantung, sesak nafas, kerusakan ginjal, hati dan leukemia yang merusak gangguan fisiologis dan berujung pada kematian.
Saat pembuatan produk fashion akan membutuhkan air dalam jumlah yang lebih besar daripada industri lainnya dan menggunakan energi yang banyak sehingga industri fashion memberikan konstribusi besar dalam pemanasan global.
Masyarakat dan lingkungan telah terkena dampak yang disebabkan oleh pancaran karbon sehingga menyebabkan pergantian cuaca dengan cepat. Jika sumber energi digunakan terus menerus dalam skala besar maka akan meningkatkan resiko kekeringan, peningkatan suhu, berkurangnya kualitas tanah.
Dengan demikian, akan mempengaruhi kestabilan ekologis pada biodiversitas karena tidak mendapatkan sumber daya yang cukup dan tidak mampu bertahan hidup di lingkungan ekstrem.
Beberapa dampak di atas adalah gambaran yang akan terjadi jika fenomena fast fashion berlangsung terus menerus yang berdampak pada kerusakan bumi ini.
Atas dasar tersebut sudah semestinya kita menjaga bumi ini dengan mengurangi kerusakan pada lingkungan. Sudah saatnya kita menghilangkan trend fast fashion ini yang dimulai dari diri sendiri seperti mengurangi pembelian pakaian dan membangun prinsip menggunakan pakaian dalam waktu yang panjang dan memperbaiki produk fashion selama bisa diperbaiki, tidak langsung membuangnya.
Edukasi dan sosialiasi oleh pemerintah sangat diperlukan untuk menghilangkan trend fast fashion yang masih marak hingga saat ini. Tidak hanya oleh pemerintah saja, edukasi dan publikasi ini bisa juga dilakukan oleh generasi muda yang menggunakan media sosial setiap hari. Hal ini bisa dilakukan dalam infografis, video TikTok, maupun poster.
Anak muda sebagai generasi digital memiliki posisi signifikan dalam mengadvokasikan isu ini. Publikasi ini akan berdampak besar untuk mengajarkan generasi yang lebih tua atau teman sejawat terkait dampak buruk yang ditimbulkan dari fast fashion.
*Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA Unand
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi