Siapa Berani Membela Sambo (1/3)
*Wina Armada Sukardi
Sambo yang sebelumnya sedemikian berwibawa, saat ini menjadi bahan olok-olok. Tindakan polisional atau atas nama hukum dia sebelumnya, lantas mulai banyak dikulik dan dimaki.
Sudah tak jelas lagi mana yang benar dan mana yang sekadar kabar atau fitnah. Dia menjadi semacam "musuh bersama" yang menjadi "sah" dilaknat apapun.
Celakanya, sang istri, Putri Candrawati, juga ikut senasib dan sepenanggungan. Dia sudah ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan yang ancaman hukuman sama dengan suami: hukuman mati, seumur hidup atau sekurang-kurangnya 20 tahun.
Sosialita kelas atas dengan barang-barang branded itu, harus hidup berdampingan dengan para pencuri di super market, penipu dan juga pembunuh lainnya.
Kurang apa lagi derita Sambo? Kesengsaraan yang nampaknya sudah sempurna. Sambo oh, sambo!
Konsukuensi Advokat Sambo
Nah, jika Sambo dalam keadaan demikian, dia lantas meminta bantuan kita menjadi advokat, pengacara atau penasehat hukumnya, akankah kita bersedia membelanya?
Tidakah kita takut juga bakal dihujat hebat oleh masyarakat? Ini menyangkut konsekuensi yang berat bagi siapapun yang bersedia menjadi advokatnya.
Jika kita sekadar dianggap mata duitan karena bersedia membelanya, itu sih tak seberapa dan tak mengapa.
Konsekuensi lebih berat menunggu, kita bakal menerima caci maki, hinaan dan berbagai cap negatif lainnya.
Ngapain membela orang bejat? Apa cuma mau cari popularitas saja? Apa gak mengerti perasaan rakyat? Gak sadar membela "musuh" rakyat? Apa tak pikir hati anggota keluarga korban.
Belum lagi ada kemungkinan jika kita membela Sambo, advokatnya malah disamakan dengan Sambo.
*Advokat
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi