Ujian Keimanan dalam Menegakan Kebaikan
*Mochammad Nasrudin
Mereka ketika mengeluarkan fatwa tidak hanya berdasarkan dari rujukan sembarangan, namun rujukan yang sudah rojih dan juga melibatkan banyak disiplin ilmu.
Bukan rujukan abal-abal, baru belajar langsung berani menyalahkan fatwa ulama. Dengan dasar postingan orang, YouTube atau hadist-hadist yang bertebaran di medsos yang tidak diteliti derajat kualitas hadistnya. Tidak peduli hadistnya sohih atau dhoif, sanadnya musalsal atau mungkoti', matannya marfu' atau maqthu'.
Semuanya diembat dan langsung diyakini tanpa keilmuan. Naifnya langsung dipakai untuk menyesatkan Fatwa ulama yang keilmuannya jelas jelas dalam dan bersanad hingga Rosululloh SAW.
Inilah tanda akhir zaman! Orang bodoh mengajari orang pintar.
Lalu, Ulil Amri atau pemerintah selama perintahnya untuk kebaikan umat, mengikuti hukum Syara', mengikuti arahan ulama, maka kebijakan pemerintah, wajib hukumnya diikuti. Sebagaimana QS An-Nisa 59 di atas. Taatlah kepada Allah dan rosulNya serta Ulil Amri untuk membuktikan,apakah kita beriman atau tidak.
Inilah ujian bagi kita, melalui Fatwa ulama yang meminta meninggalkan shalat Jum'at, sementara demi mencegah kerusakan dan demi memelihara kehidupan. Apakah kita akan akan ikut perintah Ulil Amri atau pemerintah juga ulama atau kita akan buat anggapan dan prasangka sendiri seakan-akan beriman padahal hakikatnya melawan perintah Allah dan rosul-Nya serta Ulil Amri.
Kalau sikap ingkar kita karena ketidakpahaman kita dan ilmu yang terbatas, lalu setelah dipahamkan mau mengerti dan mengubah sikapnya menjadi taat kepada Allah dan rosul-Nya, maka dia masih tergolong orang beriman.
Namun, jika dia masih tetap keras kepala mempertahankan pendapat dan egonya tanpa ilmu, maka dia terang-terangan melawan Allah dan rosul-Nya atas dasar keangkuhan dan keingkarannya.
Naudzu billahi min dzalik. Kita pasrahkan semuanya ke Allah.
Wallahu a'lamu bishowab. (*)
*Monas Inspire Institute
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi