Kisah Keluarga Ibrahim dan Imran

*Irsyad Syafar

Rabu, 23 Mei 2018 | Opini
Kisah Keluarga Ibrahim dan Imran
Irsyad Syafar - Pendidik di PIAR

Allah melukiskan dalam firmanNya yang artinya: "Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk". (QS Ali Imran: 36).

Hannah istri Imran menerima hadiah hamil di usia tua dengan penuh iman kepada Allah. Karenanya, dia juga serahkan bayinya dengan penuh iman dan keikhlasan kepada Allah. Walaupun yang lahir adalah seorang perempuan, sedangkan untuk berkhidmah di Baitul Maqdis harusnya seorang anak laki-laki, (dan laki-laki tidak sama dengan perempuan) namun Hannah tetap menyempurnakan nazarnya dan menyerahkan anak perempuannya, sepenuhnya kepada Allah.

Ketulusan, keikhlasan dan keimanan Hannah diterima Allah dengan sebaik-baik penerimaan. Bahkan Allah langsung yang menjamin dan menjaga pertumbuhan Maryam sejak bayi sampai besar. Allah berfirman yang artinya: "Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya." (QS Ali Imran: 37)

Karena Maryam terlahir dalam keadaan yatim, maka banyak pemuka Bani Israil yang berminat menjadi pengasuh Maryam. Apalagi Ayah dan Ibunya terkenal sebagai dua orang yang shaleh, taat dan dihormati. Karena begitu banyak yang ingin mengambil hak asuhannya, maka mereka melakukan pengundian. Dengan izin Allah, yang menang dan terpilih dalam undian itu adalah Nabi Zakaria. Beliau ternyata adalah paman bagi Maryam. Sebab, istri Nabi Zakariya yang bernama Isya' (orang Kristen menyebutnya Elizabeth) adalah saudara kandung dari Hannah ibunya Maryam. Sehingga, mereka memang dalam satu keluarga besar.

Nabi Zakaria sangat menyayangi ponakannya tersebut. Maryam dibuatkan ruangan khusus di Mihrab Baitul Maqdis, sehingga bisa beribadah secara maksimal kepada Allah. Suci bersih terhindar dari berbagai pengaruh negatif di masyarkat. Selama masa pengasuhan ini, Nabi Zakaria menemukan keajaiban-keajaiban yang terjadi pada Maryam yang suci. Ketika Zakaria masuk ke kamar Maryam mengantarkan makanan, dia jumpai Maryam tengah khusyuk beribadah kepada Allah. Namun anehnya, di kamar tersebut sudah tersedia makanan yang banyak. Anehnya lagi, dikala musim dingin, makanan yang tersedia adalah korma-korma ruthab, yang biasanya hanya ada di musim panas. Sebaliknya, ketika musim panas datang, makanan yang sudah tersedia adalah buah jeruk yang biasanya hanya ada di musim dingin.

Sungguh keberkahan yang luar biasa. Nabi Zakaria sangat takjub dengan "keanehan" ini. Dia bertanya kepada Maryam, "Dari manakah datangnya makanan ini?". Maryam menjawab, "Makanan ini semuanya dari Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki siapa saja yang dikehendakiNya, tanpa perhitungan".

Menyadari bahwa keberkahan melingkupi Maryam, dan pastilah Malaikat Allah selalu berada di dekatnya, maka Nabi Zakari menggunakan kesempatan itu untuk juga mendapat rezeki dari Allah. Beliau sudah tua renta, dan istrinya juga sudah tua dan mandul. Sementara dia belum juga mempunyai keturunan. Maka Beliaupun berdoa kepada Allah, seperti dalam FirmanNya yang artinya: Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa." (QS Ali Imran: 38).

Dan ternyata doa Zakaria dikabulkan segera oleh Allah. Ketika Beliau tengah berdiri dalam shalatnya di dalam mihrab, Malaikat memanggilnya dan mengabarkan bahwa dia akan mendapat anak laki-laki bernama Yahya. Betul-betul nikmat yang tiada tara. Langsung mendapat anak laki-laki dari Allah, lengkap dengan namanya (juga dari Allah) dan statusnya tidak saja anak yang shaleh, tetapi dia seorang Nabi, Panutan, jauh dari hawa nafsu dan termasuk orang yang shaleh.

Allah berfirman: yang artinya: Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh". (QS Ali Imran: 39).

Nabi Zakariya agak ragu akan datangnya keturunan ini. Sebab dia dan istrinya sudah tua renta. Tapi, karena sudah kehendak Allah, semua akan terjadi. Kun fayakun. Allah mengabarkan kepada Zakariya tanda-tanda bahwa istrinya akan segera hamil. Yaitu, tiba-tiba saja selama tiga hari tiga malam, Nabi Zakariya tidak bisa bicara. Lidahnya keras dan kaku. Kepada kaumnya hanya bisa memberikan arahan dengan isyarat tangan saja, untuk berdzikir dan bertasbih pagi dan petang.

Begitulah kebesaran Allah hadir kepada lingkaran keluarga Imran. Maryam memiliki seorang sepupu yang Nabi dari pamannya yang juga seorang nabi, yang sudah sangat tua. Kemudian Allah melengkapi keMahamulian dan keMahakuasaanNya kepada keluarga Imran. Allah mengirimkan malaikatNya kepada Maryam, mengabarkan bahwa dirinya akan hamil dan mempunyai seorang anak laki-laki yang mulia.

Halaman:

*Pendidik di PIAR

Bagikan:
Dr dr Zuhrah Taufiqa MBiomed.

Tanggulangi Stunting dengan Edukasi Gizi dan PMT Pangan...

Opini - 03 Mei 2024

Oleh: Dr dr Zuhrah Taufiqa MBiomed

Dr. Rhandyka Rafli, Sp.Onk.Rad(K)

Kesenjangan Pelayanan Kanker: Tantangan dan Harapan

Opini - 01 Mei 2024

Oleh: Dr. Rhandyka Rafli, Sp.Onk.Rad(K)

Muhammad Fadli.
Ketua Pusat Studi Humaniora Universitas Andalas

Fenomena Politik Keluarga dan Tantangan Demokrasi Kita

Opini - 08 Maret 2024

Oleh: Dr Hary Efendi Iskandar

Dr. Hary Efendi Iskandar

Benarkah Gerakan Kampus Partisan

Opini - 27 Februari 2024

Oleh: Dr. Hary Efendi Iskandar