Benarkah Gerakan Kampus Partisan
*Dr. Hary Efendi Iskandar
RASANYA belum begitu terlambat merespon tuduhan pihak-pihak yang menyatakan civitas akademika di berbagai perguruan tinggi --yang menyatakan sikap keprihatinan terhadap situasi perpolitikan dan kepemiluan, dituduh partisan.
Tuduhan yang dilakukan oleh oknum-oknum orang dekat Presiden Joko Widodo tersebut, sungguh sangat memprihatikan.
Para rektor, guru besar, dosen dan mahasiswa yang melakukan “unjuk” keprihatinan ini, sungguh amat bersedih dan kecewa terhadap respon yang tidak berdasar tersebut.
Pada satu kasus misalnya. Ketika beberapa guru besar, dosen dan mahasiswa di Universitas Andalas melakukan petisi yang disebut “Manifesto untuk Penyelamatan Bangsa”.
Manifesto ini memuat beberapa tuntutan yang isinya antara lain: 1) Menolak segala bentuk praktek politik dinasti dan pelemahan institusi demokrasi. 2) Mendesak Presiden Joko Widodo untuk tidak menggunakan kekuasaan yang berpotensi terjadinya segala bentuk praktik kecurangan pemilu.
3) Menuntut Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menegakkan aturan netralitas dalam Pemilu, serta menjalankan tugas sesuai amanah Reformasi Konstitusi.
4) Mendesak negara untuk mengembalikan marwah Perguruan Tinggi sebagai institusi penjaga nilai dan moral yang independen tanpa intervensi dan politisasi elit.
5) Mengajak masyarakat bersikap kritis dan menolak politisasi bantuan sosial untuk kepentingan politik status quo/kelompok tertentu dalam politik elektoral, kekerasan budaya, pengekangan kebebasan berekspresi, berkumpul, dan berpendapat serta penyusutan ruang sipil.
Jika dirunut secara sebab-musabab munculnya aksi Manifesto ini, tak lepas dari sikap spontan beberapa orang civitas akademika yang sangat prihatin mencermati dinamika dan perkembangan politik nasional yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan umum, terutama tentang posisi dan sikap Presiden Joko Widodo yang semakin terang-terangan berpihak dan mendukung pasangan calon Presiden/Wakil Presiden 02; Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang notabenenya anaknya sendiri.
Petisi keprihatinan yang muncul dari diskusi marjinal beberapa dosen sembari mengopi pagi di Kafe Uniang Kamek di FIB Universitas Andalas.
Jika kemudian muncul pertanyaan, mengapa aksi-aksi keprihatinan civitas akademika di berbagai Perguruan Tinggi itu muncul di penghujung jadwal kampanye, hal berkaitan dengan sikap Presiden Joko Widodo yang semakin “terbuka” dan tanpa malu-malu mendukung pasangan 02.
*Ketua PSH Universitas Andalas
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi