Geliat Ekonomi Pasar Raya Padang dalam Wajah Kesemrawutan
*Andi ST MT
Perilaku manusia kerap dipengaruhi oleh "setting ruang" dan kondisi ruang yang tersedia. Interaksi antar manusia dalam menggunakan ruang publik pasar untuk kegiatan jual beli, khususnya pemanfaatan area sirkulasi, memberikan respon yang berbeda satu sama lainnya.
Ada banyak aspek yang mempengaruhi perilaku manusia dalam mengakses dan menggunakan ruang publik dan area sirkulasi terutama pada kawasan Pasar Raya. Pemerintah Kota atau Dinas Pasar harus mampu memahami perilaku manusia terhadap ruang dan area sirkulasi sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan di lapangan mengenai pemanfaatan area sirkulasi dan ruang publik sebagai tempat berjualan.
Penyimpangan perilaku manusia (pedagang) pada ruang publik, khususnya di Pasar Raya akan tetap menjadi persoalan hingga menyebabkan kesemrawutan dan kemacetan.
Salah satu bentuk kurang cermatnya Pemerintah Kota dalam merespon persoalan Pasar Raya Padang, yaitu tidak terisinya area berjualan atau kios-kios di beberapa "bangunan besar mencolok dan menjulang" yang ada di Pasar Raya Padang.
Ketika proses perencanaan dan pembangunan Pemerintah Kota seolah-olah ragu dalam "membedakan antara keinginan dan kebutuhan" (kadang ingin tapi tidak butuh, kadang butuh tapi tidak ingin).
Contoh kondisi tersebut, yaitu; ketika pedagang pasar tidak 'butuh' bangunan pasar berlantai banyak karena susah dalam hal akses dan sirkulasi pencapaian oleh orang dan barang, mereka masih terbiasa dengan konsep "Pasar Tradisional."
Sedangkan dalam hal ini Pemerintah "ingin" menyediakan bangunan pasar dengan kesan modern hingga empat lantai walaupun proses jual belinya masih secara tradisional. Kondisi ini kemudian menyebabkan penjual dan pembeli enggan untuk naik berbelanja maupun berjualan.
Sehingga, beberapa lantai area berjualan kini menjadi sepi, kosong, sebagian sudah rusak dan terbengkalai. Kajian ulang dan mendalam terhadap bangunan tersebut sangatlah dibutuhkan supaya bangunan bisa difungsikan secara maksimal dan agar tidak lapuk dimakan usia.
Keberadaan Pasar Raya Padang terutama "bangunan warna-warni" (Blok Pasar Inpres), menjadi bentuk keterkaitan antara sirkulasi di ruang publik dengan suasana ruang yang tercipta dari setting ruang dan perilaku manusia.
Perilaku manusia mempengaruhi lingkungan sekitar, hal ini terjadi akibat adanya interaksi manusia dengan manusia dan interaksi manusia dengan ruang. Apabila terjadi ketidak nyamanan dan tidak terpenuhinya harapan terhadap ruang tertentu, maka manusia akan mudah meninggalkan ruang interaksi tersebut kemudian pindah dan menciptakan ruang baru.
Ruang interaksi baru itulah kemudian menjadi tempat berkumpulnya para pedagang (PKL), yang kemudian tumbuh satu persatu di badan jalan, selasar hingga jalan utama Pasar Raya.
*Pemerhati Kota
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi