Kecelakaan di Tanjakan Pasar Panyalaian, Kapan Berakhir?
*Dr Emeraldy Chatra
DUA hari yang lalu saya melihat foto-foto kecelakaan parah di penurunan Pasa Panyalaian (menjelang Padang Panjang dari Bukittinggi) di beberapa grup WhatsApp. Ada juga video pendek.
Salah satu video membuat saya buru-buru mematikan karena saya anggap luar biasa mengerikan.
Rute maut itu sering saya lintasi. Paling tidak sekali sebulan saya bolak balik dari Padang ke Bukittinggi.
Tiap kali melintas di rute itu, baik naik ke Bukittinggi maupun turun ke Padang Panjang, saya selalu berdoa agar diberi keselamatan.
Saya agak 'sesak napas' melihat truk sarat beban baik di belakang maupun di depan mobil saya.
Kengerian itu cukup beralasan. Saya sudah beberapa kali lewat di sana beberapa menit setelah kejadian. Mobil-mobil atau motor yang ringsek akibat benturan sangat keras beberapa kali saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Pernah juga saya melihat jenazah korban laka yang ditutupi daun.
Kerusakan truk yang remnya blong dan menghantam banyak mobil di bawahnya berat sekali. Kecelakaan yang terjadi dekat SPBU tahun lalu memisahkan bodi, gardan belakang dan kepala truk. Untung saja truk itu tidak menghantam rumah yang berpenghuni.
Pertanyaan saya hanya satu: kapan kecelakaan maut yang disebabkan oleh truk sarat beban dan 'putus rem' itu akan berakhir?
Kesan saya, maaf, tidak ada kepedulian negara menyudahi tragedi mengerikan seperti itu. Entah karena saya tidak tahu dan media tidak pula memberitakannya. Dalam pandangan saya kejadian beberapa hari yang lalu bukanlah kejadian terakhir.
Semoga Allah menyelamatkan kita semua ketika melintas di sana.
Sebenarnya tidak ada kecelakaan yang terjadi tiba-tiba, kecuali kita ditabrak kendaraan yang remnyo blong. Mobil yang mengalami rem blong itu tidak mendadak rusak.
*Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unand
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi