Budidaya Galo-galo Sebagai Penguat Ekonomi Keluarga
*Henny Herwina
Panitia 'Aisyiah dan petugas Lapas telah menunggu dengan mikrofon dan projektor, kami tak sempat berbasa basi dulu karena rangkaian Pesantren Ramadhan telah dimulai sejak lebih pagi, kami langsung diberikan mikrofon.
Ratusan muslimah lapas, ada yang tampak masih remaja, ada yang seperti Ibu muda, wanita setengah baya, dan bahkan beberapa Ibu yang tergolong lansia hadir, duduk teratur mendengarkan paparan kami.
Hadirin sangat ekspresif, banyak bertanya ketika diberi kesempatan, Elni dan Aisyah membentu dengan memperlihatkan gambar-gambar koloni lebah, berpindah-pindah melebur ke beberapa kelompok hadirin duduk.
Rata-tata hadirin usia dewasa mengenal sebutan galo-galo bagi serangga lebah ini sejak lama, hanya yang lebih muda ada yang belum mengenal galo-galo.
Sejatinya serangga penyerbuk yang luar biasa ini sangat banyak disekitar kita. Ukurannya memang kecil, banyak yang kuran dari 1 cm ukurannya, ada beberapa yang lebih, karena galo-galopun ada beberapa jenis.
Berdasarkan penelitian kami, di Sumatera Barat, ada tiga jenis utama yang paling banyak di budidayakan. Sejak masa lalu, pada banyak titik di rumah gadang atau pada bagian bagunan lainnya berbahan kayu maupun tembok, bisa menjadi tempat ditemukannnya galo-gali bersarang.
Sejak sepuluh tahun terakhir serangga yang dikenal sebagai penyerbuk unggul bagi pertanian ini telah dibudidayakan di Indonesia dan Malaysia. Madunya lezat dengan rasa yang khas, produk lainnya seperti bee polen dan propolis terkenal sangat berkhasiat sebagai suplemen, bahan obat maupun kosmetika.
Alhasil, produk galo-galo yang kaya khasiat ini membuat harganya cukup bersaing di pasaran. Peluang ekonominya pun baik. Jumlah peternak galo-galo dewasa ini semakin bertambah.
"Bagamana memindahkan galo-galo liar ke kotak budidaya Bu? Sejak mulai kita pelihara koloni di rumah, berapa lama akan bisa panen Bu? Silih berganti kami bertanya jawab, semua bersemangat, rasanya tak berbeda dengan saat seminar, atau dengan suasana kuliah dengan mahsiswa di kampus, terjadi interaksi yang sangat positif.
Boleh dikatakan, respon warga lapas terhadap materi yang diberikan bahkan lebih proaktif dari rata-rata, mungkin karena mereka punya banyak latar belakang dan pengalaman di tempat tinggal masing-masing. Mereka berasala dari berbagai kabupaten dan kota.
"Untuk pemasangan kotak bagi koloni galo-galo, kami juga kuat kok, Bu, tenaga kami tak kalah dari laki-laki hlo..", kata Uni Ta (bukan nama sebenarnya) ketika ada gagasan untuk mempraktekan langsung budidaya di lingkungan lapas.
"Mama ingin pula beternak nanti kalau sudah keluar dari lapas ini, InsyaAllah hanya beberapa bulan lagi", kata seorang Ibu yang dipanggil Mama oleh warga lainnya. Kami ingin pula mencoba di Kampung nanti...", kata seorang Ibu bersahaja yang dipanggil Nenek S oleh para yuniornya.
*Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi