Budidaya Galo-galo Sebagai Penguat Ekonomi Keluarga
*Henny Herwina
Pagi yang cerah dan penuh syukur pada Sang pencipta, karena raga masih dikuatkan untuk bangkit dari istirahat sejenak, Selasa yang cerah dipenghujung bulan, 26 April 2022.
Alhamdulillah rasanya cukup kuat untuk beraktifitas, walau malam sebelumnya fisik terasa begitu lemah tak berdaya karena tetiba didera flu berat, mungkin karena perubahan cuaca, panas dan hujan deras silih berganti di penghujung Ramadhan ini.
Melihat gejala tak terduga begini, rekan sesama pengiat Bee Center UNAND sudah dihubungi untuk bersiaga menggantikan sebagai narasumber di Lapas Perempuan jika kondisi memburuk, namun beliau tengah diluar kota.
Tak ada pilihan lain, dalam semalam istirahat dicukupkan, obat penurun demam diminum saat berbuka dan sahur dengan harapan tetap dapat hadir memenuhi undangan organisasi wanita Aisyiah' Sumatera Barat yang telah secara bertahap mengontak dan meminta kesediaan untuk memberikan sosialiasi dan edukasi terkait budidaya lebah tanpa sengat (galo-galo) di Lapas Perempuan yang terletak di Jalan Anak Aia, Koto Tangah Padang.
Bundo Andung (begitu panggilan akrab Ibu H. Siti Hajar Samik M. Sos, Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan, organisasi 'Aisyiah Sumatera Barat), sudah merencanakan kegiatan ini sejak jauh hari, rasanya sangat berat jika tak bisa memenuhi harapan beliau.
Yup, Alhamdulillah telah kembali bugar, pagi itu kami akan membahas tentang "Budidaya Galo-galo di Lingkungan Rumah Sebagai Penguatan Ekonomi Keluarga" bagi warga lapas. Dua orang mahasiswi peserta kuliah pilihan Budidaya Lebah Madu, Elni dan Aisyah pun telah bersiap mendampingi sejak pagi di Kantor Jurusan Biologi, dari kampus kami lalu berangkat bertiga ke lokasi lapas, berkendara dengan bantuan google map, menuju Rutan Kelas II B Padang.
Kami sampai sesuai rencana, pukul 10.00 pagi menjelang siang. Dua mahasiswi yang baru pertama kali menginjak Lapas mengaku merasa gelisah melihat komplek Lapas yang tampak dilingkupi pagar berbentuk dinding tinggi dengan lilitan kawat berduri, lengkap dengan menara pengawas di samping gerbang utama.
Kami melewati satpam, penjanggaan satu, penjagaan dua, penjagaaan tiga dan setidaknya empat macam gerbang atau pintu menuju sebuah ruang terbuka menuju tempat acara.
Rupanya pertemuan akan dilakukan di mesjid Lapas. Petugas mengarahkan kami ke lokasi dimana telah menunggu para Ibunda dari 'Aisyiah Sumatera Barat, petugas lapas dan para warga lapas yang bukan belasan atau puluhan orang wanita seperti yang kami perkirakan, tapi ternyata lebih dari 200 orang.
MasyaA llah, banyak juga ya penghuni lapas wanita ini... Saya membathin.
Suasana Mesjid lapas yang sejuk, didekorasi permainan warna dan kaligrafi yang indah, warga lapas yang masih berbalut mukena setelah mengikuti tadarus dalam rangkaian kegiatan Pesantren Ramadhan, segera menghilangkan kegelisahan para mahasiswi.
*Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi