Tentukan Tempat Berkahmu
*Defri Hanas
Taqaballu minna waminkum, taqballahu ya kariim, selamat berbahagia atas ibadah yang telah kita lakukan selama satu bulan penuh Ramadhan.
Berbahagia karena kita berhasil mencapai target ibadah tang telah dicanangkan, dan bersedih serta berdo'alah agar diberi kesempatan memperbaikinya tahun depan.
Baru saja selesai Ramadhan kita sudah dihampiri suasana kurban yang mempunyai nilai dan semangat yang sama. Bedanya, ramadhan lebih banyak pada ibadah individual, jika kurban lebih banyak ibadah sosial. Maka sepatutnyalah bulan Ramadhan menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih baik, menjadi manusia yang semakain bermamfaat bagi orang lain.
Maka kurban menyempurnakan itu semua, pribadi-pribadi yang baik tadi bisa memberikan efek social yang lebih luas. Kenapa efeknya luas? Karena kurban itu mempunyai rangkaian proses yang panjang.
Pertama, hewan kurban dimaknai sebagai sebuah pengorbanan ikhlas lagi pasrah dari seorang hamba kepada Khaliqnya. Sebagaimana Nabi Ibrahim menyerahkan anaknya untuk Allah, anak yang ia cintai, ditunggu-tunggu kehadirannya diminta Allah sebagai pengorbanan. Nabi Ibrahim lulus dalam ujiannya, maka Allah menggantinya dengan kibas dan Allah membuktikan kecintaannya terhadap kekasihNya.
Kedua, daging yang bisa dinikmati oleh masyarakat terutama dhuafa dan terpencil. Masyarakat yang jarang bahkan mungkin belum pernah menikmati daging sapi. Akhirnya mereka bisa menikmatinya dan berbahagia. Bayangkan jika kurban kita menumpuk diperkotaan, maka yang menikmati daging kebanyakan orang biasa makan daging dan terkategorikan mampu
Ketiga, pemberdayaan petani karena hewannya dibeli dengan harga yang layak. Para petani semakin sejahtera dengan adanya kurban. Hewannya dibeli dengan harga pantas. Belum lagi masuk pada program kampung ternak, dimana masyarakat miskin diberikan bantuan hewan dengan pendampingan, sehingga ternak mereka bisa berkembang dari sisi jumlah dan kualitas.
Keempat, syiar dan dakwah terhadap daerah yang mendapatkan hewan. Kurban adalah sarana menyentuh keimanan bagi daerah terpencil dan rawan aqidah. Mereka merasakan keberadaan islam lewat kurban, merasakan kasih sayang sesama muslim, ternyata mereka masih memiliki saudara muslim.
Kelima, muamalah yang terbangun karena ada nilai kebersamaan dalam prosesi penyembelihan hewan kurban. Terbentuk kerjasama yang kompak dikalangan masyarakat, dan mereka selalu berusaha adil dalam pembagian hewan.
Keenam, nilai ruhiyah yang sangat dalam, melatih keikhlasan dalam berbagi. Tidak terjebak dengan ceremonial belaka. Tidak terjebak dalam menegakkan sunnah, padahal adak kewajiban yang tertinggal. Harus melihat penyembelihan, melihat darahnya mengalir, mengambil sepertiga dagingnya untuk pengkurban.
Padahal, kewajiban kita untuk menyampaikan syi'ar ini sampai kedaerah terjauh dan terpencil, membahagiakan para dhuafa, mengangkat nilai ekonomi dengan pemberdayaan, bahkan mengetuk hati dan iman muslim yang masih goyah sehingga kembali kedalam Islam.
*Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Singgalang
Opini Terkait
Kemenangan Kebenaran (Pelajaran Moral dari Kasus Dr Khairul...
Opini - 16 November 2024
Oleh: Zaiyardam Zubir
Tanpa Perencanaan Matang, Tujuan Humas Bagai Mimpi di Siang...
Opini - 18 Mei 2024
Oleh: Yandra Mulyadi