Moral Generasi

*Musfi Yendra

Selasa, 09 Mei 2017 | Opini
Moral Generasi
Musfi Yendra - Pembina Dompet Dhuafa Singgalang
VISI MISI CALON GUBERNUR SUMBAR PILKADA SERENTAK 2024

Sekitar dua tahun lalu saya baca berita seorang gadis siswi madrasah tsanawiyah nekad gantung diri. Dengan orang tuanya ia tak pernah ada masalah. Di rumah pun anaknya dikenal baik, riang dan alim. Keluarganya termasuk berkecukupan secara materi.

Orang tuanya shok menemukan anaknya pagi hari tergantung dengan seutas tali di kamarnya. Di meja belajarnya ia meninggalkan sebuah surat. Isi surat itu ia memilih bunuh diri karena diputus oleh pacarnya.

Seorang teman yang bekerja memperbaiki komputer cerita pada saya. Sekali waktu ia didatangi oleh tetangganya seorang mahasiswi untuk diminta bantu install ulang komputernya. Karena bertetangga ia tahu betul tentang mahasiswi tersebut.

Anak rumahan yang tampak alim, berprestasi, tidak terlibat pergaulan bebas dan sebagainya. Tetapi alangkah kagetnya teman saya itu, ketika mengecek data di komputer yang harus ia selamatkan. Ada beberapa video hubungan seks si mahasiswi tersebut dengan pacarnya.

Hari kemarin, kita juga melihat di televisi, kasus tawuran antar siswa sekolah menengah di Klaten, setelah pengumuman kelulusan ujian nasional, tragedi penyerangan dan pembacokan mengakibatkan beberapa orang terluka parah.

Kisah nyata tersebut mengambarkan, betapa mengkhawatirkan moral generasi muda kita saat ini. Setiap hari kita membaca dan mendengar berita kasus amoral seperti narkoba, gerakan LGBT, pelacuran, tawuran antar siswa, pergaulan bebas, kekerasan, geng motor dan lain sebagainya.

Predator moral ini, merusak hingga batas-batas etika, nilai agama dan adat istiadat yang dipegang oleh masyarakat. Penyalahgunaan teknologi menjadi wadah paling cepat rusaknya moral generasi kita. Padahal kemajuan teknologinya sejatinya digunakan untuk hal-hal yang positif. Faktanya semakin canggih teknologi juga semakin meningkat kasus amoral.

Apa solusi moral generasi ini? Siapa disalahkan?

Dalam pranata sosial keluarga memiliki peran strategis membentuk karakter anak. Bahwa setiap pasangan yang menikah harus membekali diri dengan baik, tak hanya cuku berpendidikan tinggi. Tak jaminan pendidikan tinggi bisa membentuk karakter generasi.

Selain itu keteladanan adalah hal mutlak dilakukan oleh bagi setiap orang tua. Pemerintah harus juga menerapkan hukum yang tegas bagi setiap pelaku amoral, agar kemudian menjadi efek jera. Semua pihak harus berkontribusi mencegah berkembangnya kebobrokan moral. (*)

*Pembina Dompet Dhuafa Singgalang

Bagikan:
IKLAN NOMOR URUT CALON WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA PADANG 2024
Erison A.W.

Dr Rasidin Diangkat jadi Wali Kota

Opini - 16 Agustus 2024

Oleh: Erison A.W.

Hamriadi S.Sos ST

Putra Daerah di Pusaran Pilkada Bukittinggi

Opini - 16 Juli 2024

Oleh: Hamriadi S.Sos ST

Dosen FISIP Unand.

UKT Mahal, Tak Usah Kuliah

Opini - 20 Mei 2024

Oleh: Dr Emeraldy Chatra